MENGHAKIMI
Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri
( Roma 14 : 4 )
Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri
( Roma 14 : 4 )
Suatu pagi, di sebuah barak tentara, seorang kolonel datang untuk mengadakan sidak (inspeksi mendadak) di barak itu. Begitu tanda dibunyikan, para prajurit segera bersiap dan berdiri di samping tempat tidurnya, sementara sang kolonel berjalan berkeliling sambil mengamati mereka satu persatu. Semua tampaknya lancar dan baik. Tapi, mendadak kolonel itu berhenti di depan seorang prajurit baru. Memandangnya sebentar, kolonel itu segera memerintah, “Betulkan kancingnya, Prajurit!” hardiknya. Si prajurit dengan ragu menjawab, “Siap,. Sekarang Pak?” Sang colonel menghardik makin keras, “tentu sekarang, Prajurit!” Maka, prajurit itupun dengan agak gemetar menjulurkan tangannya dan membetulkan kancing baju sang colonel yang terbuka.
Menghakimi adalah kecenderungan yang dimiliki setiap orang. Alkitab mencatat banyak nasihat tentang menghakimi. Anekdot di atas kiranya adalah gambaran tentang mengapa orang harus berhati-hati dalam hal ini. Masalah pertama, yaitu yang paling sering terjadi dalam menghakimi adalah kita buru-buru menyalahkan atau menilai keburukan seseorang tanpa lebih dulu melihat apakah diri kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Ya, sama seperti colonel dan prajurit dalam kisah di atas.
Masalah kedua adalah kita menghakimi tanpa berpegang pada standar kebenaran Alkitab. Ya, sebagai orang Kristen, kita memang punya kewajiban untuk menegur saudara seiman yang mungkin berbuat dosa (Mat. 18:15). Tapi, kita harus tetap melakukannya dengan standar yang benar, yaitu kebenaran firman Tuhan dan kasih Kristus. Sedangkan masalah ketiga dari menghakimi adalah, kita sering terpaku pada kesalahan orang lain saja. Padahal, Alkitab mengatakan bahwa yang lebih penting lagi adalah kita harus saling membangun (Rm. 14:19). Jadi, boleh saja kita memperingatkan sesame kita. Tapi, berhati-hatilah jika Anda mulai menghakimi. Karena peringatan Alkitab sangat jelas, lebih baik jika kita jangan menghakimi, karena itu berarti kita harus siap dihakimi juga. (Arie)
Menghakimi adalah kecenderungan yang dimiliki setiap orang. Alkitab mencatat banyak nasihat tentang menghakimi. Anekdot di atas kiranya adalah gambaran tentang mengapa orang harus berhati-hati dalam hal ini. Masalah pertama, yaitu yang paling sering terjadi dalam menghakimi adalah kita buru-buru menyalahkan atau menilai keburukan seseorang tanpa lebih dulu melihat apakah diri kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Ya, sama seperti colonel dan prajurit dalam kisah di atas.
Masalah kedua adalah kita menghakimi tanpa berpegang pada standar kebenaran Alkitab. Ya, sebagai orang Kristen, kita memang punya kewajiban untuk menegur saudara seiman yang mungkin berbuat dosa (Mat. 18:15). Tapi, kita harus tetap melakukannya dengan standar yang benar, yaitu kebenaran firman Tuhan dan kasih Kristus. Sedangkan masalah ketiga dari menghakimi adalah, kita sering terpaku pada kesalahan orang lain saja. Padahal, Alkitab mengatakan bahwa yang lebih penting lagi adalah kita harus saling membangun (Rm. 14:19). Jadi, boleh saja kita memperingatkan sesame kita. Tapi, berhati-hatilah jika Anda mulai menghakimi. Karena peringatan Alkitab sangat jelas, lebih baik jika kita jangan menghakimi, karena itu berarti kita harus siap dihakimi juga. (Arie)
Jangan menghakimi jika tidak siap dihakimi
No comments:
Post a Comment