WEB SITE RESMI GKPI BUKIT SION YANG BARU

Puji Tuhan, Gereja GKPI Bukit Sion sekarang telah memiliki Web Site resmi yaitu : http://www.gkpibukitsionbatam.com. Jadi untuk berita berita terbaru (terupdate) silahkan check di halaman tersebut, Tuhan Memberkati.

GKPI BUKIT SION, BIDA AYU - M.KUNING, BATAM

Blog ini kami tujukan khususnya untuk seluruh jemaat Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) BUKIT SION Bida Ayu - Muka Kuning, Batam dan umumnya untuk seluruh saudara-saudari kami yang beragama Kristiani yang mungkin belum sempat beribadah pada Hari Minggu yang mungkin dikarenakan oleh aktifitas yang padat, sehingga melewatkan bahan renungan pada Minggu yang berjalan. Oleh karena itu, bapak dan ibu serta pemuda pemudi kami bisa membaca Summary atau ringkasan dari renungan Mingguan kita disini. Berita jemaat juga bisa dilihat di blog ini, seperti jadwal Evanggelisasi kita serta Renungan Harian yang dikutip dari berbagai sumber. Dalam bulan ini Gereja kami GKPI BUKIT SION akan melakukan pembangunan fisik gereja, oleh karena itu, kami memohon bantuan doa dari saudara-saudari yang berkunjung ke Blog kami. Semoga Blog ini bermanfaat dan dapat menjadi saluran berkat bagi kita semua, Tuhan Yesus Memberkati.

Hormat dan salam kami
JM. Hutagaol, SPd
(Sekretaris Jemaat GKPI BUKIT SION - Batam)

Sunday, May 17, 2009

~Renungan Hari ini , Minggu tanggal 17 Mei 2009

Eh, Dikacangin!
Hagai 1:1-11

Dikacangin bukanlah berarti diberi kacang atau dilempari kacang. Dikacangin adalah istilah anak-anak muda yang berarti tidak dianggap atau tidak dipedulikan. Sebagai contoh jika kita menyapa seseorang lalu orang tersebut tidak menjawab, menoleh pun tidak. Ia tidak memedulikan kehadiran kita dan terus asyik dengan dirinya sendiri. Dalam kondisi begitulah kita sedang dikacangin olehnya. Tentu tidak enak jika kita berada di posisi “sidang dikacangin”.

Demikian juga dengan Allah. Allah merasa “dikacangin” oleh bangsa Israel. Bangsa Israel sangat asyik dengan diri mereka sendiri, sehingga tidak lagi peduli dengan kehadiran Allah yang dilambangkan dengan keberadaan Bait Suci. Bait Suci diabaikan. Dibiarkan saja sebagai reruntuhan. Allah mau mereka bertobat bukan semata-mata karena Allah ingin diperhatikan. Akan tetapi karena Allah rindu bersekutu dekat dengan umat-Nya. Lebih lagi, Allah juga mau bangsa Israel sadar bahwa Tuhanlah sumber kehidupan mereka, sumber kemakmuran mereka. Bukankah jika Tuhan menahan berkat-Nya, mereka tidak akan memperoleh kelimpahan hidup (ayat 10,11)?

Allah kita adalah Allah yang mau dekat dengan umat-Nya. Allah yang mau mengungkapkan isi hati dan kehendak-Nya kepada manusia yang dicintai-Nya. Akan tetapi, bagaimana mungkin hal itu terjadi jika kita tidak memedulikan kehadiran-Nya? Jadi, mari kita mulai belajar memedulikan kehadiran Allah. Mulailah dengan cara yang sederhana yaitu dengan menyediakan waktu untuk mendengarkan dan memperhatikan suara Allah; melalui saat teduh pribadi setiap hari.

ALLAH PEDULI DENGAN KITA APAKAH KITA JUGA PEDULI DENGAN-NYA?

Penulis: Riand Yovindra

Friday, May 8, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 8 Mei 2009

Tergesa - gesa Membawa Celaka
1 Samuel 13 : 1 - 14

Alkisah pada masa Dinasti Song ada seorang petani yang tidak sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, “Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?” Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat. Keesokan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, “usahanya untuk membantu” malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul maju berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (1 Samuel 10:8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya daripada takut kepada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (ayat 14).

Dalam hidup ini, kita juga acap kali tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah kerap mendatangkan masalah baru yang lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah lebih dari mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar

DALAM HIDUP ORANG YANG SABAR SELALU ADA BANYAK KESEMPATAN UNTUK ALLAH BERKARYA

Penulis: Grace Suryani

Saturday, May 2, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 2 Mei 2009

DIMANA SAJA, KAPAN SAJA
Ulangan 6 :4 - 9

Ada satu pengalaman yang berkesan bersama ayah saya, saat beliau mengantar saya ke sekolah pada hari pengumuman kelulusan SMP. Ketika kami menemukan tempat kosong, tiba-tiba sebuah mobil lain menyerobot untuk parkir di tempat yang sama. Dan Ayah membiarkannya! Saya kesal dan mengomel. Namun tak jauh dari situ, tiba-tiba ada mobil yang keluar. Dan kami mendapatkan tempat yang lebih bagus dari yang pertama! Ayah yang tadi diam saja saat saya mengomel, tiba-tiba berkata, “Kalau kita mengalah, Tuhan sendiri akan membuka jalan.” Hari itu saya belajar tentang dua hal. Pertama, kita tidak rugi kalau mengalah pada orang lain. Kedua, kita bisa belajar tentang Tuhan di mana saja, termasuk di tempat parkir.

Acap kali orang mengartikan pendidikan rohani anak hanya sebatas kegiatan ke Sekolah Minggu atau berdoa bersama. Padahal kesempatan untuk mengenalkan Tuhan sebenarnya bisa terjadi setiap saat. Musa menulis kitab Ulangan untuk generasi baru Israel yang akan masuk ke tanah Kanaan. Musa tidak hanya memberi tahu ketetapan Tuhan, tetapi juga cara mengajarkannya. Hukum Tuhan harus diajarkan berulang-ulang kepada anak-anak, pada setiap kesempatan. Baik di rumah, di perjalanan, di kamar tidur, ketika bangun maupun berbaring (ayat 7). Singkatnya, mengenalkan anak kepada Tuhan harus dilakukan dalam hidup keseharian kita.

Hari ini, jika Anda rindu mendidik anak-anak di dalam Kristus, mari minta kepekaan agar dapat memanfaatkan setiap situasi untuk mengajar tentang hukum Tuhan. Baik itu di tengah kemacetan, ketika makan bersama, atau berbagai kesempatan lain.

PENGENALAN AKAN KRISTUS BISA DILAKUKAN DI MANA SAJA DAN KAPAN SAJA

Penulis: Grace Suryani

Friday, May 1, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 1Mei 2009

PILIHLAH KEHIDUPAN
Ulangan 30 : 15 - 20

Novel The Kite Runner, karangan Khaled Hosseini, penulis asal Afganistan yang kini tinggal di Kalifornia, Amerika Serikat, mengisahkan dua orang sahabat—yang juga bersaudara tiri—Hasan dan Amir. Hasan sangat setia pada Amir. Ia mau berkorban apa saja untuk Amir. Sebaliknya, Amir juga menyayangi Hasan, walau kadang-kadang—didorong rasa cemburunya—ia bersikap tidak baik terhadap Hasan. Suatu hari, secara diam-diam Amir melihat Hasan dianiaya oleh beberapa anak berandalan. Amir bergumul dalam hati: menolong Hasan dengan risiko ia juga akan dipukuli, atau lari menjauh dan pura-pura tidak tahu. Amir memilih cara kedua, ia melarikan diri. Pilihannya itulah yang kemudian mengubah jalan hidupnya.

Kepada kita akan selalu diperhadapkan pilihan-pilihan; maju atau mundur, berkata jujur atau berbohong, berlaku setia atau berkhianat, memberikan bantuan atau tidak ambil peduli, mengumpat atau menahan diri, dan sebagainya. Apa yang kita pilih itu bisa jadi akan sangat menentukan cerah suram, senang susah, baik buruknya kehidupan kita pada masa depan.

Dalam pidato perpisahannya, Musa juga menghadapkan pilihan kepada umatnya; kehidupan dan keberuntungan, atau kematian dan kecelakaan (ayat 15). Pilihan apa pun ada risikonya, baik atau buruk. Musa menasihatkan supaya mereka memilih apa yang baik dan benar, sehingga mereka dapat memetik buah yang manis (ayat 20). Ini bisa menjadi panduan buat kita ketika kita harus memilih: kapan pun dan dalam hal apa pun, pilihlah apa yang berkenan kepada Allah.

SELALU ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR DENGAN PILIHAN KITA

Penulis: Ayub Yahya