Khotbah, Minggu 07 Desember 2008
2 Petrus 3 : 11 - 14
2 Petrus 3 : 11 - 14
Seorang Pemuda melompat dari lantai enam sebuah rumah sakit. Ia melompat begitu ia sadar bahwa dokter ternyata telah memotong lutut kirinya akibat kecelakaan sepeda motor tiga hari sebelumnya.
Ia tidak terima kalau kaki kanannya akan berdampingan dengan setengah kaki kirinya saja. Ini tidak benar, pikirnya. Dari pada cacat begini, lebih baik mati.
CACAT .... Siapa yang mau ?
Banyak orang putus asa dan larut dalam derita akibat cacat yang harus didera. Entah itu cacat fisik, mental, perilaku, citra diri, dll.
Andaikan boleh memilih, memang tidak ada orang yang mau cacat. Sungguh, tidak satu orang pun yang mau.
Begitu pahamnya Rasul Petrus tentang hal itu sehingga ia menegaskan agar kita juga jangan cacat ketika hari Tuhan tiba.
Tentunya, cacat yang ia maksudkan bukanlah cacat yang biasa kita alami. Yang Tuhan maksud adalah bahwa di hari Ia datang, Ia lebih suka kalau kita kedapatan dalam pola hidup yang rohani. Pola hidup yang bertobat. Pokoknya, pola hidup yang Tuhan inginkan.
Ini merupakan seruan bagi setiap orang untuk memposisikan diri dalam kondisi bersedia. Jangan sampai terlena. HariNya memang benar-benar tidak terduga.
Satu hal lagi yang ditegaskan disini adalah bahwa sangat tepat bila kita didapati Tuhan dalam keadaan berdamai dengan Dia. Sangat memalukan bila seorang yang mulia tiba-tiba datang ke kita padahal selama ini kita membencinya. Kita akan malu sendiri dan tidak bisa berkata apa-apa. Kita rindu menjadi bagian dari kemuliaannya, menjadi satu di antara orang yang dekat kepadanya. Tapi tidak bisa. Mengapa? Karena kita belum berdamai dengan dia.
Masa-masa Advent ini khusus mengingatkan kita akan kedatanganNya kembali. Sebenarnya, ini adalah kabar baik. Sebab kalau Ia tidak datang kembali, sia-sia iman kita sebagai orang Kristen. KedatanganNya-lah yang menjadi ujung pengharapan kita sebagai orang percaya.
Menanti-nantikan manusia yang mulia saja, kita buat persediaan sambil berharap banyak akan kedatangannya. Apalagi menanti-nantikan Tuhan. Bukankah itu yang kita rindukan?
Sumber: Pdt. TB. Tambunan, STh
==================================
Buletin Gereja No 52
Minggu Advent II
(07 Desember 2008)
Epistel : Jesaya 66 : 22 - 24
Patik : Johanes 3 : 18 - 21
Evanggelium : 2 Petrus 3 : 11 - 14
==================================
Pelayan Firman : Pdt. TB. Tambunan, STh
Liturgis : Pnt. Paulus Baun
Warta Syafaat : Sie Pria
Persembahan : Sie Perempuan
Pmnd Nyanyian: DP. Simanjuntak
Organis : Nico Gultom
Piket : PP
Ia tidak terima kalau kaki kanannya akan berdampingan dengan setengah kaki kirinya saja. Ini tidak benar, pikirnya. Dari pada cacat begini, lebih baik mati.
CACAT .... Siapa yang mau ?
Banyak orang putus asa dan larut dalam derita akibat cacat yang harus didera. Entah itu cacat fisik, mental, perilaku, citra diri, dll.
Andaikan boleh memilih, memang tidak ada orang yang mau cacat. Sungguh, tidak satu orang pun yang mau.
Begitu pahamnya Rasul Petrus tentang hal itu sehingga ia menegaskan agar kita juga jangan cacat ketika hari Tuhan tiba.
Tentunya, cacat yang ia maksudkan bukanlah cacat yang biasa kita alami. Yang Tuhan maksud adalah bahwa di hari Ia datang, Ia lebih suka kalau kita kedapatan dalam pola hidup yang rohani. Pola hidup yang bertobat. Pokoknya, pola hidup yang Tuhan inginkan.
Ini merupakan seruan bagi setiap orang untuk memposisikan diri dalam kondisi bersedia. Jangan sampai terlena. HariNya memang benar-benar tidak terduga.
Satu hal lagi yang ditegaskan disini adalah bahwa sangat tepat bila kita didapati Tuhan dalam keadaan berdamai dengan Dia. Sangat memalukan bila seorang yang mulia tiba-tiba datang ke kita padahal selama ini kita membencinya. Kita akan malu sendiri dan tidak bisa berkata apa-apa. Kita rindu menjadi bagian dari kemuliaannya, menjadi satu di antara orang yang dekat kepadanya. Tapi tidak bisa. Mengapa? Karena kita belum berdamai dengan dia.
Masa-masa Advent ini khusus mengingatkan kita akan kedatanganNya kembali. Sebenarnya, ini adalah kabar baik. Sebab kalau Ia tidak datang kembali, sia-sia iman kita sebagai orang Kristen. KedatanganNya-lah yang menjadi ujung pengharapan kita sebagai orang percaya.
Menanti-nantikan manusia yang mulia saja, kita buat persediaan sambil berharap banyak akan kedatangannya. Apalagi menanti-nantikan Tuhan. Bukankah itu yang kita rindukan?
Sumber: Pdt. TB. Tambunan, STh
==================================
Buletin Gereja No 52
Minggu Advent II
(07 Desember 2008)
Epistel : Jesaya 66 : 22 - 24
Patik : Johanes 3 : 18 - 21
Evanggelium : 2 Petrus 3 : 11 - 14
==================================
Pelayan Firman : Pdt. TB. Tambunan, STh
Liturgis : Pnt. Paulus Baun
Warta Syafaat : Sie Pria
Persembahan : Sie Perempuan
Pmnd Nyanyian: DP. Simanjuntak
Organis : Nico Gultom
Piket : PP
No comments:
Post a Comment