WEB SITE RESMI GKPI BUKIT SION YANG BARU

Puji Tuhan, Gereja GKPI Bukit Sion sekarang telah memiliki Web Site resmi yaitu : http://www.gkpibukitsionbatam.com. Jadi untuk berita berita terbaru (terupdate) silahkan check di halaman tersebut, Tuhan Memberkati.

GKPI BUKIT SION, BIDA AYU - M.KUNING, BATAM

Blog ini kami tujukan khususnya untuk seluruh jemaat Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) BUKIT SION Bida Ayu - Muka Kuning, Batam dan umumnya untuk seluruh saudara-saudari kami yang beragama Kristiani yang mungkin belum sempat beribadah pada Hari Minggu yang mungkin dikarenakan oleh aktifitas yang padat, sehingga melewatkan bahan renungan pada Minggu yang berjalan. Oleh karena itu, bapak dan ibu serta pemuda pemudi kami bisa membaca Summary atau ringkasan dari renungan Mingguan kita disini. Berita jemaat juga bisa dilihat di blog ini, seperti jadwal Evanggelisasi kita serta Renungan Harian yang dikutip dari berbagai sumber. Dalam bulan ini Gereja kami GKPI BUKIT SION akan melakukan pembangunan fisik gereja, oleh karena itu, kami memohon bantuan doa dari saudara-saudari yang berkunjung ke Blog kami. Semoga Blog ini bermanfaat dan dapat menjadi saluran berkat bagi kita semua, Tuhan Yesus Memberkati.

Hormat dan salam kami
JM. Hutagaol, SPd
(Sekretaris Jemaat GKPI BUKIT SION - Batam)

Tuesday, March 31, 2009

Renungan Harian Selasa, 31 Maret 2009

KEKRISTENAN YANG BENAR

"Sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah," (Kolose 1:10)


Banyak anak Tuhan beranggapan bahwa datang beribadah ke gereja setiap hari Minggu, hadir di persekutuan doa atau membaca renungan di rumah sudah lebih dari cukup untuk membuktikan diri bahwa kita adalah seorang Kristen; tidak perlu sok rohani atau susah payah terlibat dalam pelayanan, itu kan tugas hamba Tuhan atau fulltimer. Benarkah demikian? Ada beberapa hal perlu kita perhatikan berkenaan dengan kekristenan kita.

Adalah mutlak bagi orang Kristen untuk memiliki kehidupan yang layak dan berkenan kepada Tuhan dalam segala hal, karena "... kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Sampai saat ini masih banyak orang Kristen gemar melakukan perbuatan-perbuatan daging (Galatia 5:19-21) dan hal itu menjadi kebencian di mata Tuhan. "... barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, ..." (Galatia 6:8)

Ternyata menjadi orang Kristen tidak mudah karena kita dituntut memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang dunia. Kita pun harus memberi buah dalam segala pekerjaan baik. Yesus berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotongNya..." (Yohanes 15:2). Bila kehidupan kita tidak berbuah berarti kita menjadi orang Kristen yang gagal. Berbuah dalam hal apa? Berbuah dalam segala pekerjaan yang baik. Seringkali kehidupan kita justru tidak menjadi teladan bagi orang lain karena tidak ada buah-buah Roh dalam hidupnya (baca Galatia 5:22-23). Kekristenan yang benar juga selalu mengalami pertumbuhan, bukan statis atau terus kerdil secara rohani. Jadi kita harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, yaitu dengan belajar dan senantiasa merenungkan kebenaran firmanNya, sehingga iman kita semakin diperbaharui setiap hari. Inilah kekristenan yang berkenan dan dikehendaki oleh Tuhan!

Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang berkenan kepada Tuhan?

Sumber : AIR HIDUP

Monday, March 30, 2009

Renungan Harian Senin, 30 Maret 2009

HAL SEORANG PEKERJA (2)

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan manusia." (Kolose 3:23)

Mari belajar dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Ketiganya adalah pegawai pemerintahan di Babel dan Raja Nebukadnezar adalah tuan atau majikan mereka. Di Indonesia disebut sebagai pegawai negeri. Semua perintah raja mereka kerjakan dengan penuh ketaatan, kecuali saat raja memerintahkan mereka melakukan hal yang bertentangan dengan firman Tuhan yaitu bersujud dan menyembah patung emas, dengan sangat tegas mereka menolak, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Namun, "... hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:18). Dan karena tidak mau menaati perintah raja, mereka dilemparkan ke dalam perapian.

Kedua, kita harus menjadi pekerja/karyawan yang tekun dan bertanggungjawab. Saat bekerja kita harus melakukan pekerjaan dengan segenap hati, bukan untuk menyenangkan pimpinan/atasan kita, tetapi perbuatlah itu "... seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (ayat 23:24a). Bila yang menjadi motivasi kita hanyalah memperoleh gaji di akhir bulan, yang akan kita tuai hanyalah sebatas gaji itu. Akibatnya kita mudah mengeluh dan selalu hitung-hitungan terhadap tugas yang diberikan. Namun bila motivasi kita adalah menyenangkan Tuhan dan bekerja demi Dia, kita akan melakukan tugas-tugas dengan penuh semangat dan selalu ingin memberi yang terbaik. Maka tidak hanya gaji yang akan kita terima, melainkan kepercayaan, promosi dan berkat-berkat lain yang tidak terpikirkan oleh kita, itu yang disediakan tuhan bagi kita. Jadi, "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Penghotbah 9:10).

Apa pun yang kita lakukan untuk mencari nafkah, kerjakan semuanya itu sebaik mungkin sehingga tuhan disenangkan melalui kehidupan kita. Jangan menjadi pekerja yang mengecewakan pimpinan/atasan kita!

Sudahkah kita menjadi seorang pekerja yang menjadi teladan bagi orang lain?



Sumber : AIR HIDUP

Renungan Harian Minggu, 29 Maret 2009

HAL SEORANG PEKERJA (1)

"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus," (Efesus 6:5)

Di dunia kerja, keberadaan orang Kristen dengan orang dunia hampir-hampir tidak ada perbedaan yang mencolok dalam hal nilai dan etika kerja. Kadang orang-orang dunia justru lebih baik dibanding anak-anak Tuhan. Para pekerja Kristen seringkali tidak menunjukkan kualitas sebagai seorang karyawan yang baik. Ketika berada di gereja, kita seolah-olah berkomitmen penuh untuk menerapkan nilai-nilai firman Tuhan. Tetapi saat di tempat kerja, kita bertindak dan menganut cara-cara kerja duniawi yang sarat dengan kecurangan, rekayasa, kemalasan, serta menghalalkan segala cara.

Pengaruh dunia ini begitu kuat, sehingga banyak pekerja Kristen yang malah menjadi batu sandungan dan tidak lagi menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya. Firman Tuhan jelas menyatakan, "Demikiananlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga." (Matius 5:16). bila kita tidak menjadi teladan dalam hal pekerjaan berarti kita telah gagal dalam mengemban tugas sebagai "terang".

Oleh sebab itu mari kita perhatikan beberapa nilai berkenaan dengan dunia kerja. Pertama, sebagai seorang pekerja Kristen kita harus memiliki rasa hormat dan taat kepada siapa pun yang memegang tampuk kepemimpinan, "... sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah," (Efesus 6:5-6). Secara sederhana ayat ini mengajar kita untuk taat kepada pimpinan di perusahaan atau kepada majikan kita, sehingga apapun tugas yang diberikan akan kita kerjakan tanpa adanya keluh kesah atau gerutu. Dalam segala hal kita harus menjadi pekerja teladan dan bisa dibanggakan atasan kita. Namun, haruskah kita menaati pimpinan kita bila mereka memerintahkan kita untuk melakukan sesuatau yang salah, tidak etis dan bertentangan dengan firman Tuhan? Tidak! Kita harus dengan tegas menolaknya, meskipun itu membawa konsekuensi. Ada tertulis "... kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kisah 5:29). (Berlanjut ...)

Sumber : AIR HIDUP

Saturday, March 28, 2009

Renungan Harian Sabtu, 28 Maret 2009

ADA PENGHARAPAN DI DALAM TUHAN

"Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (Daniel 9 : 19).

Bangsa Israel mengalami penderitaan sekian lama karena mereka harus menjadi bangsa buangan di negeri Babel. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah Israel adalah umat pilihan Allah sendiri? Apakah Allah tidak membela umatNya? Bangsa Israel harus menderita bukan tanpa sebab, tetapi ini terjadi akibat dosa-dosa mereka sendiri. selalu ada konsekuensi dari setiap pelanggaran terhadap firmanNya! Mereka hidup menyimpang dari jalan-jalan Allah dan menyembah berhala. Daniel, yang termasuk orang-orang yang terbuang, prihatin atas nasib bangsanya. Dia berharap penderitaan itu segera berakhir dan tidak ingin bangsanya terus-menerus sengasara, seolah tidak ada masa depan bagi mereka.

Itulah sebabnya Daniel "... berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu." (ayat 3). Doanya, "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri." (ayat 5 & 6). Tuhan menjawab doa Daniel melalui malaikat Gabriel yang menjelaskan bahwa akan ada tujuh puluh kali tujuh masa, di mana Allah akan menggenapkan rencanaNya memulihkan Israel (ayat 21 - 27). Adanya "masa" menunjukkan bahwa Allah sangat berdaulat terhadap kehidupan umatNya. Dia mendisiplin bangsa Israel agar sadar atas dosa-dosanya dan berbalik kepada Allah.

Mungkin situasi yang sama juga terjadi dan melanda kehidupan kita. Penderitaan datang silih berganti sehingga iman dan pengharapan kita menjadi luntur. Apakah Tuhan tidak peduli dan meninggalkan kita? Ada saatnya hal ini diizinkan Tuhan sebagai bagian dari proses pendewasaan iman, juga agar kita selalu mengoreksi diri apakah kita tidak lagi hidup dalam ketaatan. Oleh sebab itu jangan pernah menyerah pada keadaan, justru dalam kondisi sulit kita harus terus mencari Dia, seperti yang dilakukan Daniel.

Masa depan dan pengharapan itu benar-benar ada! Baca Amsal 23:18
Sumber : AIR HIDUP

Friday, March 27, 2009

Renungan Harian Jumat, 27 Maret 2009

ANTARA PAULUS DAN APOLOS

"Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:6)


Apolos bukanlah orang asing bagi Paulus, dia adalah mitra kerja. Apolos berasal dari Aleksandria, fasih bicara dan sangat mahir dalam hal Kitab Suci. Dengan penuh semangat Apolos melayani Tuhan. Dia mengajar dan memberitakan tentang Yesus kepada banyak orang, meskipun yang ia ketahui hanya tentang baptisan Yohanes sampai akhirnya ia bertemu dengan Priskila dan Akwila yang mengajarinya tentang kebenaran firman lebih dalam lagi, sehingga Apolos memiliki pengenalan yang benar akan jalan Tuhan. Bahkan "... dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias." (Kisah 18:28). Akhirnya pelayanan Apolos pun semakin berkembang.

Dikatakan oleh Paulus bahwa Apolos berperan sebagai "penyiram" yang baik bagi jemaat Korintus, artinya ia melanjutkan pengajaran yang ditanam Paulus sebelumnya. Lambat laun Apolos semakin dikenal oleh jemaat Korintus, sampai-sampai di antara jemaat mulai timbul perselisihan karena mereka membanding-bandingkan pelayanan Paulus dan Apolos. Ada yang memihak Paulus, ada pula yang lebih memilih Apolos. Paulus pun berkata, "... aku telah diberitahu oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos." (1 Korintus 1:11-12). Walaupun lebih senior, Paulus tidak pernah merasa tersaingi apalagi terganggu dengan kehadiran Apolos yang menyita perhatian jemaat, justru sebaliknya dia terus mendukung dan memotivasi Apolos (baca 1 Korintus 16:12)

Banyak orang merasa terancam ketika melihat ada orang lain yang lebih menonjol, lebih populer dan punya kemampuan lebih dari dirinya, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menekan orang tersebut agar tidak bisa maju/berkembang. Ini bukanlah karakter pelayanan Tuhan atau pemimpin yang baik. Hamba Tuhan atau pemimpin yang baik memberi peluang sebesar-besarnya bagi roang lain menu8njukkan potensinya, bukan malah menghancurkan karena mereka adalah mitra kerja.

Mari kita belajar dari sikap Paulus yang selalu menghargai keberadaan orang lain.

Sumber : AIR HIDUP

Thursday, March 26, 2009

Renungan Harian Kamis, 26 Maret 2009

ORANG ORANG TERJAJAH

"Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses." (Keluaran 1 : 11)

Kita masih ingat perjalanan sejarah bangsa kita di zaman penjajahan dahulu, rakyat Indonesia harus mengalami penderitaan lahir batin karena dijajah oleh bangsa lain, mulai dari Belanda sampai bangsa Jepang. Sebagai bangsa yang terjajah, kita berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Kita tidak memiliki hak apa-apa dan kebebasan kita terampas. Salah satu penderitaan yang harus dialami oleh orang-orang Indonesia adalah kerja paksa (kerja rodi) yaitu pekerjaan yang diwajibkan oleh bangsa Belanda, tetapi tidak memperoleh upah apa-apa.

Jauh di masa lampau bangsa Israel juga harus mengalami masa yang suram, bahkan berada pada posisi terendah yaitu sebagai orang-orang yang harus melakukan kerja rodi (sebagai budak/hamba) di bawah kekuasaan bangsa Mesir. Alkitab mencatat, "Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu." (ayat 13-14). Tidak hanya saat di Mesir bangsa Israel harus mengalami aniaya. Ketika jatuh di dalam dosa dan penyembahan berhala mereka harus mengalami pembuangan Babel dan kembali menjalani kerja paksa.

Ini juga gambaran tentang kehidupan semua orang yang berada di luar Kristus. Mereka menjadi tawanan-tawanan Iblis dan menjadi hamba dosa. Dosa masih mengikat, membelenggu dan menguasai kehidupannya. Satu-satunya jalan untuk bisa terbebas dari ikatan kuasa dosa itu adalah datang dan percaya kepada Yesus Kritus, "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Hanya Anak Allah saja yang sanggup memerdekakan kita dari kuasa dosa, jadi "... apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.". (Yohanes 8:36). Sebagai orang percaya kita patut bersyukur kepada Dia, karena kini kita menjadi orang-orang yang merdeka, tidak lagi di bawah kekuasaan iblis.

"Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18)

Sumber : AIR HIDUP

Wednesday, March 25, 2009

Renungan Harian Rabu, 25 Maret 2009

IMAN YANG TIDAK PERNAH GOYAH

"Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Daniel (3 : 18)

Sekarang ini banyak orang Kristen yagn mulai suam-suam dalam mengiring Tuhan. Tidak tahan terhadap penderitaan atau himpitan ekonomi, iman seseorang mulai goyah dan tidak lagi bersandar penuh kepada Tuhan. Iming-iming yang ditawarkan oleh dunia pun membuat orang mudah silau dan berkompromi dalam segala hal, serta tidak lagi takut akan Tuhan. Karena mengejar jabatan tertentu, demi relasi bisnis supaya beroleh harta/kekayaan, takut kehilangan popularitas, karena pasangan hidup dan sebagainya tidak segan-segannya seorang Kristen menjual imannya dan meninggalkan Kristus. Begitu mudahnya kita tidak lagi setia dan berpaling pada dunia ini.

Bayangkan bila kita menjalani hidup seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang dihadapkan dengan pilihan berat yaitu menyembah patung sesuai perintah raja atau mati. Tetapi ketiga pemuda itu tidak seperti anak-anak Tuhan saat ini, yang begitu gampang tidak beribadah lagi hanya karena hujan, tidak ada yang menjemput atau karena sibuk. Bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego, menyembah patung tidak akan pernah menjadi pilihannya, meski untuk itu mereka tidak hanya menghadapi resiko kehilangan jabatan, melainkan juga nyawa mereka! Padahal banyak orang rela melakukan apa saja demi mempertahankan nyawa.

Pendirian ketiga pemuda itu sangat kuat, tidak ada kompromi. Bahkan mereka menyatakan, meskipun Tuhan tidak melepaskan mereka dari perapian itu, sekali-kali mereka tidak akan pernah menyembah patung buatan raja. Luar Biasa! Mendengar pendirian ketiga orang Israel itu, "... meluaplah kegeraman Nebukadnezar, ... lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa." (ayat 19). Pastilah dalam sekejap pemuda-pemuda itu akan hangus termakan api. Namun pada saat yang tepat Allah yang mereka sembah menyatakan kuasaNya. Jangankan hangus, ketiganya malah berjalan-jalan di tengah api yang menyala, bahkan mereka disertai seseorang yang serupa anak dewa (ayat 25). Luar biasa Allah Israel!

Di tengah situasi yang sulit, adakah kita memiliki iman seteguh mereka?

Sumber : AIR HIDUP

Tuesday, March 24, 2009

Renungan harian Selasa, 24 Maret 2009

TIDAK MENGHASILKAN BUAH

"Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (Lukas 13 : 7b)

Seorang petani ketika menanam sebiji benih di ladangnya sudah pasti berharap agar benih yang ditanamnya itu mengalami perkembangan: berakar, bertumbuh dan akhirnya menghasilkan buah. Berakar artinya mengokohkan diri ke dalam supaya memiliki dasar yang kuat. Proses ini sangat penting karena akan menentukan pertumbuhan selanjutnya, karena tanaman yang memiliki akar kuat tidak akan mudah patah/tumbang ketika ada angin atau badai yanag datang menerpa. lalu tanaman itu mulai bertumbuh, menunjukkan adanya kehidupan di dalamnya, daunnya bertambah banyak dan mulai ada bunga yang bermekaran; sungguh indah dan sedap dipandang mata. Tetapi semuanya itu tidak ada artinya bila ia tidak menghasilkan buah sama sekali. Alangkah kecewanya hati si petani bila tanaman yang dinanti-nantikan sekian lama itu ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

Sama seperti yang diungkapkan dalam perumpamaan bacaan, "Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya." (Lukas 13 : 7a), padahal pohon ara itu telah mendapatkan perlakuan sangat istimewa yaitu ditanam di tengah-tengah kebun anggur. Biasanya pohon ara mudah dijumpai di pinggiran jalan, itu pun dapat berbuah. Ironis sekali bila pohon ara telah dipelihara begitu rupa namun mengecewakan karena tidak berbuah, sementara Tuan pemilik kebun sudah menaruh pengharapan begitu besar terhadapnya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan pohon ara tersebut.

Itulah gambaran kehidupan orang percaya: kita telah dipilih, dipanggil, dan dikuduskan oleh tuhan, disebut sebagai "... imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri," (1 Petrus 2 : 9), bahkan disebut sebagai biji mata Tuhan sendiri, tetapi kehidupan kita sangat mengecewakanNya, tidak ada buah yang kita hasilkan; kita tidak menjadi kesaksian bagi dunia ini, justru menjadi batu sandungan buat orang lain. Sama seperti penjaga kebun yang memohon kepada tuannya supaya diberi kesempatan satu tahun lagi merawat pohon ara itu supaya kelak menghasilkan buah, begitu juga Tuhan yang sampai saat ini masih memberi waktu dan kesempatan kepada kita untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Jangan sampai Tuhan menebang dan membuang kita karena kita tidak berbuah!

Sumber : AIR HIDUP

Monday, March 23, 2009

Renungan Harian Senin, 23 Maret 2009

INJIL YANG MENYELAMATKAN

"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya ... " (Roma 1 : 16)

Hidup kekristenan bukanlah suatu permainan, melainkan suatu medan peperangan. Maka kita tidak boleh main-main dan seenaknya dengan keyakinan iman kita, atau menjalaninya sekedar saja. Sekali kita percaya kepada Kristus, janganlah sekali-kali mundur dan meninggalkan Tuhan. Sekarang ini banyak orang Kristen yang masih terikat dengan perkara dunia, bahkan sudah nayut di dalamnya, sehingga kekristenan bagi mereka hanyalah predikat saja. Mereka belum sanggup melihat perkara-perkara yang dihadapi dalam hidup ini dengan mata rohani.

Peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, maka kita tidak perlu menggunakan senjata atau kekuatan tubuh jasmani kita, melainkan menggunakan senjata Roh yaitu firman Allah yang kekuatannya mahadahsyat. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4 : 12). Jika kita menggunakan Firman Allah, dengan sendirinya kita harus mempunyai keyakinan atas firman itu. Bagaimana jika kita sendiri tidak meyakininya? Musuh akan dengan mudah mentertawakan kita. Maka dari itu kita harus mempunyai keyakinan yang kuat seperti Paulus, sehingga ia bisa berkata, "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1 : 17). Ayat Nats menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Injil pasti akan selamat. Sebaliknya, "... murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman." (Roma 1 : 18).

Keyakinan akan Injil inilah yang diperlukan setiap anak Tuhan di masa-masa ini. Jika kita yakin akan kebenaran Injil, iman kita tidak akan tergoyahkan meskipun terjadi goncangan-goncangan hebat melanda dunia ini. Sebaliknya kita dapat tegap berdiri karena keyakinan akan Injil. Kita yakin bahwa Yesus akan menyertai kita sampai kesudahan zaman. Apa pun yang terjadi, Dia senantiasa berada di dekat kita dan melalui kuasa Roh Kudus kita beroleh kekuatan sehingga kita dapat bertahan sampai akhir.

Injil adalah keselamatan kita, jangan pernah goyah!

Sumber : AIR HIDUP

Sunday, March 22, 2009

Renungan Harian Minggu, 22 Maret 2009

HIDUP ADALAH MELAYANI

"Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (Ibrani 6 : 10 )

Pelayanan bukanlah istilah asing bagi orang Kristen karena kekristenan memang tidak terpisahkan dari pelayanan. Semua orang Kristen harus melayani sekuat tenaga, sama seperti Yesus saat berada di bumi. Ia berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5 : 17). Oleh karenanya kita diingatkan agar menggunakan waktu sebaik-baiknya bekerja bagi Tuhan melalui pelayanan.

Gereja pun menghimbau jemaat untuk terlibat langsung dalam pelayanan. Para hamba Tuhan ingin agar masing-masing anggotanya menjadi jemaat yang aktif, bukan datang ke gereja hanya untuk menyanyi, mendengarkan khotbah lalu pulang, namun tergerak untuk melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang kita miliki.

Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak bagian, dan setiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Alkitab menyatakan, "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggotanya ..." (Efesus 4:16). Untuk tujuan itulah kita diberi karunia dan talenta yang berbeda-beda agar kita dapat menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik. Tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak terlibat dalam pelayanan, sekecil apa pun. Ingat, pada saatnya Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban kita atas apa yang telah Dia beri (baca perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30). Jangan pernah berpikir bahwa kita hanya memiliki sedikit talenta atau tidak bisa apa-apa, lalu hal itu kita jadikan alasan untuk tidak melayani. Jika kita berbuat demikian, berarti kita tidak menghargai kasih karunia tuhan, sama seperti hamba yang diberi satu talenta oleh tuannya, bukannya mengusahakan supaya talentanya bertambah, malahan hanya menyimpannya. Meskipun manusia menganggap remeh dan sepele pelayanan kita, di mata Tuhan kita sangat berharga. Apa pun yang kita kerjakan dalam pelayanan, Bapa di sorga sangat memperhatikan dan memperhitungkan. Selalu ada upah untuk setiap jerih payah!

Karena itu tetaplah giat (baca 1 Korintus 15 : 58)

Sumber : AIR HIDUP

Saturday, March 21, 2009

Renungan Harian Sabtu, 21 Maret 2009

BAGAIMANA IBADAH KITA?

"Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar," (Mazmur 2 : 11)

Beribadah kepada Tuhan berarti berada dalam keadaan takjub sepenuhnya akan Tuhan. Bicara tentang ibadah, yang terbersit adalah kegiatan-kegiatan lahiriah yang kita lakukan di gereja atau persekutuan-persekutuan doa, di mana kita bernyanyi, berdoa dan mendengarkan khotbah. Tetapi dari penilaian Tuhan, aktivitas-aktivitas tersebut tidak sepenuhnya dianggap sebagai ibadah sejati bila kita mengerjakannya hanya sebagai rutinitas belaka. Janganlah hanya fokus kepada ibadah lahiriah dan melupakan arti ibadah sesungguhnya. Tuhan berkata, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15 : 8 - 9)

Bagaimana agar ibadah berkenan di hati Tuhan? Ibadah dan penyembahan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Beribadah kepada Tuhan berarti sujud dalam penghormatan kepadaNya, digambarkan sebagai tindakan membungkuk di hadapan Pribadi yang agung sebagai tanda kerenahan hati dan pengabdian. Bukan membungkuk secara lahiriah, melainkan tunduknya manusia batiniah kita. Ibadah sejati adalah tangapan sepenuhnya hati kita atas kebesaran Tuhan yang kita wujudkan melalui pujian dan penyembahan yang kita naikkan sepenuh hati. Banyak orang Kristen memuji tuhan tanpa semangat, asal-asalan dan ogah-ogahan. Siapakah kita ini? Bukankah kita sedang berhadapan dengan Pribadi yang agung, mulia dan berkuasa, yang menciptkan kita dan juga alam semesta ini? Itulah sebabnya Pemzmur dengan tegas menghimbau kita: "Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan," (Ayat 11-12a dari Mazmur 2)

Ketika kita sungguh-sungguh memikirkan dan merasakan siapa Tuhan itu dan apa yang telah Dia perbuat bagi kita, kita ttidak akan menganggap remeh setiap peribadatan dan bersikap seenaknya lagi. Pujian syukur dan seruan haleluya akan terus mengalir dari dasar hati dan keluar melalui mulut kita karena kita berada dalam ketakjuban akan keagungan Tuhan allah kita.

Beribadahlah kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwa !

Sumber : AIR HIDUP

Friday, March 20, 2009

Renungan Harian Jumat, 20 Maret 2009

MENERIMA BERKAT

Aku memanggul langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini. Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,”(Ulangan 30 : 19 )

Bicara tentang berkat pasti menyenangkan, lebih – lebih jika menerima berkat. Siapa yang tidak mau berkat? Bukankah banyak orang Kristen pikirannya hanya terfokus pada berkat, berkat dan berkat dan sebisa mungkin terhindar dari masalah dan ujian. Ketika ujian dan masalah datang mereka mulai mengeluh, menggerutu, mengomel dan protes. Mereka tidak sadar bahwa setiap ucapan negative yang keluar dari mulutnya (omelan, keluhan, protes) dapat menjadi boomerang bagi diri sendiri, rohani maupun jasmani.

Tuhan berfirman kepada bangsa Israel bahwa mereka dihadapkan dengan dua pilihan penting dalam hidup ini yaitu kehidupan dan kematian, berkat atau kutuk. Kutuk dan berkat adalah dua kondisi yang sangat bertolak belakang. “Kutuk” didefinisikan suatu doa atau pengharapan dengan tujuan untuk menyakiti, mencelakakan dan bahkan menghancurkan kehidupan orang lain. Sedangkan ‘berkat’ adalah suatu tindakan pernyataan, deklarasi dan pencurahan berkat dari Tuhan. Jaadi kutuk dan berkat bukan hanya sebagai suatu pengharapan, tetapi juga suatu kenyataan yang dapat terjadi sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Berkat akan diberikan jika “….engkau baik – baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya…” (Ulangan 28 : 1), namun kutuk akan menimpa jika “….engkau tidak mendengarkan suara Tuhan, Allahmu dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya..” (Ulangan 28 : 1). Pilihan ada ditangan bangsa Israel sendiri dan kenyataanya mereka gagal mempertahankan hidup benar dihadapan Tuhan, akibatnya kutuk menimpa setiap orang yang hidup dibawah hokum Taurat.

Syukurlah pada Allah, yang karena kasihNya mengutus Yesus penebus kita dari kutuk (Galatia 3 : 13 – 14). Yesus telah mengubah kutuk menjadi berkat. Dengan percaya dan beriman kepadaNya , berkat – berkat Abraham pun menjadi milik kita. Namun ada yang harus kita perhatikan supaya berkat itu tetap menjadi hak kita yaitu kita harus hidup dalam ketaatan.

…….sebab berkat Tuhan tersedia bagi orang benar (Baca Amsal 10 : 6a)

Sumber : AIR HIDUP

Thursday, March 19, 2009

Renungan Harian Kamis, 19 Maret 2009

PENDERITAAN PAULUS

"Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah" ( Efesus 3 : 1 )

Sebelum menjadi orang Kristen, Paulus adalah penganiaya orang-orang Kristen. Dia bertindak begitu brutal, pergi dari satu kota ke kota lain untuk mengejar orang Kristen, menganiaya bahkan membunuh mereka. Namun ketika dia bertobat, dia menyadari bahwa orang yang belum percaya kepada Kristus juga akan melakukan hal yang sama seperti yang pernah dia lakukan dan sudah pasti mereka merasa tindakannya itu benar. Banyak orang yang nekat menyerang atau menganiaya orang lain demi agama dengan anggapan apa yang dilakukannya itu adalah wujud ketaatannya.

Kini Paulus sadar bahwa ia menjadi orang yang teraniaya dan mengalami penderitaan karena Kristus, sama seperti orang-orang yang pernah ia aniaya yang menderita karena Kristus, sehingga Paulus pun rela menderita karena Kristus. Itulah sebabnya Paulus dapat berkata "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1 : 21). Tetapi penderitaan yang dimaksud bukanlah penderitaan karena mati konyol. Rasul Paulus tidak pernah menyesal meski harus menderita, karena ini adalah tugas dan panggilan yang Tuhan ingin dia kerjakan. Tugas tersebut tidak hanya berhenti pada zaman Paulus, namun harus terus dikerjakan sampai Tuhan datang yang kedua kalinya. Seberapa jauh kita punya tekad turut ambil bagian dalam pemberitaan Injil? Sanggupkah kita menjadi orang "terpenjara" dan menderita bagi Dia, seperti Paulus? Jika kita harus menderita karena memberitakan Injil Kristus, itu belum seberapa dibandingkan pengorbanan Kristus bagi kita. Tidak mudah menjalaninya, tetapi bila kita menyadari betapa besar anugerah Tuhan bagi kita, kita akan berjuang.

Saat ini dunia sangat membutuhkan berita Injil. Jika tidak ada pemberitaan Injil maka tidak ada orang yang mau bertobat. Bila Injil tidak diberitakan, dunia ini semakin hari semakin gelap. Dunia membutuhkan Injil, dan kita harus menjalankannya karena Tuhan menetapkan kita untuk memberitakan Injil dan juga menderita demi Kristus, bukan hanya menikmati berkatNya saja. jangan menjadi orang Kristen yang lembek, yang hanya suka jadi penonton, tanpa melakukan apa-apa.

Jangan menderita demi dosa, melainkan demi Kristus dan pemberitaan Injil.

Sumber : AIR HIDUP

Wednesday, March 18, 2009

Renungan Harian Rabu, 18 Maret 2009

MENANG ATAS PERSOALAN

"Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." ( Nehemia 1 : 3b )


Tembok negara dibangun untuk membentengi diri dari musuh, supaya rakyat merasa aman dan terlindung dari bahaya. Akan sangat berbahaya apabila tembok itu sudah runtuh, apalagi pintu-pintu gerbangnya sudah terbakar, karena cepat atau lambat musuh akan dengan mudah menyerang kita. Tembok menggambarkan kehidupan kita, seperti tertulis: "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49 : 16). Saat tembok itu berdiri dengan kokoh, keadaan kita damai, tenang, bebas dari permasalahan. Namun ketika tembok kehidupan kita runtuh karena serangan musuh, kehidupan kita berantakan, hancur, tinggal puing-puing.

Musuh yang menghancurkan tembok kita berbicara tentang masalah hidup: krisis ekonomi, sakit penyakit, kebencian, kepahitan, kemalasan dan lain-lain. Supaya tembok kehidupan kita tidak hancur berantakan, kita perlu belajar dari sikap hidup Nehemia sat mendengar bahwa tembok Yerusalem sudah runtuh, bahkan telah menjadi puing-puing selama lebih dari 15 tahun: 1. Tetap berdoa. " ... duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari, Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit," (ayat 4 dari Nehemia 1). Saat dalam pergumulan berat kita harus segera datang kepada Tuhan, serta mengoreksi diri adakah yang salah dalam kehidupan kita. Bila ada dosa harus kita bereskan dulu, mohon ampun tuhan. Kata Nehemia, "Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kau perintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu." (ayat 7).

Adakalanya Tuhan tidak langsung menjawab doa-doa kita, dan kita sering gagal dalam proses menunggu ini. 2. Tetap melakukan tugas dan kewajibannya. Meski pertolongan Tuhan belum datang, Nehemia tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik (Nehemia 2 : 1 - 6). Walau didera banyak masalah/penderitaan jangan pernah berubah, apalagi tidak setia kepadaNya karena pada saatnya "Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14 : 14).

Tetaplah kuat, karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"
Penghotbah 3 : 11

Sumber : AIR HIDUP

Tuesday, March 17, 2009

Renungan Harian Selasa, 17 Maret 2009

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KITA

"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5

Orang yang bertobat sadar bahwa dirinya berdosa dan mau kembali ke jalan Tuhan. hanya karena anugerahNya seseorang dapat bertobat dan menanggalkan manusia lamanya. Sekarang, setiap orang Kristen memiliki tugas dan tanggung jawab untuk terus-menerus menyerukan berita pertobatan. Selanjutnya Roh Kuduslah yang bekerja, karena Roh Kudus bertugas " ... menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;" (Yohanes 16:8); Roh Kuduslah yang dapat menobatkan seseorang.

Kita sering beranggapan bahwa tugas memberitakan Injil adalah hal yang sia-sia karena kita tidak melihat hasilnya secara langsung. Ingat, kalau seseorang bertobat, itu bukan karena usaha dan kecakapan kita berkata-kata padanya. Tidak! Semua itu semata-mata karena anugerah Tuhan. Namun sebelum kita dipakai Tuhan untuk membangunkan orang lain dari tidur rohaninya, kita sendiri harus terlebih dahulu bangun. Kita harus buktikan bahwa kita telah lebih dulu mengalami pertobatan sejati sehingga orang lain dapat melihat kuasa Ijil yang mengubah kehidupan kita, dengan demikian mereka menjadi percaya. Dan biarlah kita mau dipakai Tuhan menjadi saksiNya dan memberitakan berita pertobatan itu. Biarlah karena kasih, kita terdorong menyampaikan kebenaran firman kepada orang lain dan bukannya ikut kompromi dengan dosa mereka. Kita tidak ingin orang-orang yang kita kasihi mengalami kebinasaan kekal, bukan?

Kita tahu semua manusia berdosa, tetapi ini janganlah menghalangi kita untuk bertobat. Di sini ditegaskan bahwa pengampunan dosa itu akan kita dapatkan apabila kita benar benar bertobat. Jadi jangan pernah berhenti melakukan tugas pelayanan yang dipercayakan kapada kita. Dalam segala keadaan "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (ayat 2 dari 2 Timotius 4). Berita kebenaran itu mutlak dan penting untuk didengar dan dikabarkan kepada semua orang karena semua manusia berdosa dan pasti akan binasa jika mereka tidak kembali kepada yesus Kristus yang adalah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup.

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." Lukas 10 : 2a. Siapkah kita?

Sumber : AIR HIDUP

KEPUTUSAN RAPAT PENDETA GKPI KE XXXVI

KEPUTUSAN RAPAT PENDETA GKPI KE XXXVI
NO. 9/RP-GKPI-XXXVI/III/2009
PESAN RAPAT PENDETA GKPI XXXVI

Sifat : Biasa dan diwartajemaatkan

Kepada Yth :
Semua Warga GKPI
d/p. Pendeta Resort / Jemaat Khusus
di
Tempat Masing-Masing

Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus !

Atas perkenaan Tuhan Yesus Kristus, Raja Gereja, Rapat Pendeta GKPI ke XXXVI tahun 2009 dapat berlangsung dengan baik di GKPI Resort Pekan Baru, Riau, Tanggal 9 - 13 Maret 2009, yang dihadiri 185 orang Pendeta di bawah terang Thema : "LIHATLAH AKU MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU" (Wahyu 21:5a) dengan Sub-Thema : "Di dalam Terang Kristus Yang Membaharui Gereja, Pendeta GKPI siap mensukseskan Pemilu 2009"

Rapat ini diawali dengan prosesi, ibadah bersama dan upacarea pembukaan oleh Bishop GKPI dan diresmikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang diwakili oleh Penbimas Kristen Provinsi Riau, dengan melakukan pemukulan gong, dihadiri oleh Pendeta, Warga jemaat serta Undangan dari PGI-W, BKGR/FKUB Riau dan Kumpulan Koor. Dalam khotbah pembukaan Bishop GKPI, Pdt. Dr. MSE Simorangkir mengajak semua warga GKPI untuk bekerjasama membuat pembaruan. Dengan bersatu kita dapat mengaktualisasikan diri sebagai pelaku pembaruan secara holistik dan khususnya dalam situasi menjelang pemilu 2009 agar warga GKPI turut aktif ambilbagian dalam pesta demokrasi tersebut, serta bekerjasama untuk mendorong memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Shalom): Satu tubuh dan satu roh sebagaimana kita dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita (Efesus 4:3-4, I Kor 12, Roma 12:4-8). Ketua panitia dalam sambutannya menyampaikan GKPI bisa maju pesat asal dikelola dengan baik. Untuk mewujudkan itu harus dibayar dengan pengorbanan yang tidak bisa diukur dengan materi, terutama Pendeta dan warga jemaat haruslah bermitra. Ketua BPRP dalam pidatonya menekankan tentang swa-bina dengan mengajak para pelayan untuk membina segenap warga jemaat agar lebih dewasa serta mampu memahami kuasa Allah dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks Indonesia yang majemuk. Demikian juga Sekjen GKPI Pdt. M. Simamorar, S.Th dalam pidato pembukaan berharap agar supaya para pelayan GKPI meningkatkan pelayanan, persekutuan dan kesaksian.

Makna pembaruan yang dikumandangkan oleh Thema dan Sub-Thema, mengajak semua peserta rapat untuk menggumuli dalam memberikan jawaban konkrit terhadap pergumulan bangsa dewasa ini, khususnya yang berkaitan dengan pesta demokrasi yang sudah dekat. Dalam ceramah tentang hubungan Gereja dan Negara yang disoroti dari sudt Dogmatika, Sejarah Gereja dan Sosial Politik, yang ditekankan perlunya keseimbangan dan partisipasi dalam politik yang dijelaskan dan dipertanggungjawabkan oleh gereja ysecara responsif, dialogis, dan rekonsiliatif. para Pendeta juga dibekali tentang pengenalan akan budaya Melayu, yang digambarkan melalui rumah adat melayu yang punya banyak pintu, yang makna filosofinya adalah: masyarakat melayu tidak pandang siapa saja, dari mana datangnya atau asalnya, akan diterima secara terbuka; atau terbuka kepada masyarakat pendatang dengan mempedomani "di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung".

GKPI di tahun ini, akan menyelenggarakan kegiatan tahun Perempuan GKPI yang dipadukan dengan berbagai rangkaian kegiatan a.l : Pertemuan Raya Kaum Perempuan GKPI, Festival Koor Kaum Perempuan GKPI, Pertemuan isteri Pendeta GKPI dan HUT GKPI ke 45 yang akan berlangsung di GKPI Sidorame, Wilayah Medan I. Diharapkan semua Jemaat, Resort dan Koordinasi Wilayah berpartisipasi dalam kegiatan Kaum perempuan tersebut.

Kita bersyukur bahwa Dana Sosial pendeta sudah mengalami kemajuan, demikian juga berbagai kemajuan yang dicapai oleh GKPI dengan suksesnya SAK 2008 di Ciloto, Peningkatan pelayanan di semua arus dan perjalanan GKPI menuju Sistem Sentralisasi Keuangan (SSK). Sekalipun demikian, disadari bahwa masih banyak hal-hal yang harus dibenahi GKPI ke masa depan untuk membenahi ketertinggalannya dalam pelayanan, khususnya dalam pembangunan rohani semua pelayan dan warga jemaat. GKPI juga dapat mempersiapkan diri dalam memberikan partisipasinya pada Pemilihan Legislatif dan pemilihan Presiden yang akan berlangsung tahun 2009 ini.

Sehubungan dengan itu, maka Rapat Pendeta GKPI XXXVI menyampaikan pesan sebagai berikut :

1. Agar pelayan dan seluruh warga jemaat GKPI dihimbau untuk menyalurkan aspirasi politiknya dengan baik, berpartisipasi dan bertanggungjawab mensukseskan pesta demokrasi tersebut.

2. Agar seluruh pelayan dan warga jemaat dapat bersama-sama bergandengan tangan dalam mensukseskan Tahun Perempuan 2009 dengan berpartisipasi dalam kegiatan yang telah dicanangkan.

3. Agar seluruh pelayan dan warga jemaat GKPI tetap memelihara hubungan yang harmonis, seimbang dan bertganggungjawab antara Gereja dan Negara, Pemerintah dan Umat beragama lain.

Rapat Pendeta GKPI ini diakhiri dengan ibadah penutupan serta perjamuan kudus. Akhirnya peserta rapat mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada warga jemaat GKPI di semua tempat, semua donateur, pemerintah Provinsi Riau dan khususnya kepada Pnitia yang telah bekerja keras untuk mensukseskan Rapat Pendeta ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Kasih karunia Tuhan yesus Kristus dan kasih setia Allah Bapa dan persekutuan di dalam Roh Kudus menyertai kita semua.

Ditetapkan di : Pekan Baru
Tanggal : 12 Maret 2009

BADAN PEKERJA RAPAT PENDETA

----------Ketua --------------------------------------------------------------Sekretaris



Pdt. C.P. Hutagalung, S.Th ------------------------------------Pdt. R.M. Purba, S.Th


PIMPINAN PUSAT GKPI

-----------Bishop ------------------------------------------------------------Sekretaris



Pdt. Dr. MSE. Simorangkir ----------------------------------Pdt. M. Simamora, S.Th