WEB SITE RESMI GKPI BUKIT SION YANG BARU

Puji Tuhan, Gereja GKPI Bukit Sion sekarang telah memiliki Web Site resmi yaitu : http://www.gkpibukitsionbatam.com. Jadi untuk berita berita terbaru (terupdate) silahkan check di halaman tersebut, Tuhan Memberkati.

GKPI BUKIT SION, BIDA AYU - M.KUNING, BATAM

Blog ini kami tujukan khususnya untuk seluruh jemaat Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) BUKIT SION Bida Ayu - Muka Kuning, Batam dan umumnya untuk seluruh saudara-saudari kami yang beragama Kristiani yang mungkin belum sempat beribadah pada Hari Minggu yang mungkin dikarenakan oleh aktifitas yang padat, sehingga melewatkan bahan renungan pada Minggu yang berjalan. Oleh karena itu, bapak dan ibu serta pemuda pemudi kami bisa membaca Summary atau ringkasan dari renungan Mingguan kita disini. Berita jemaat juga bisa dilihat di blog ini, seperti jadwal Evanggelisasi kita serta Renungan Harian yang dikutip dari berbagai sumber. Dalam bulan ini Gereja kami GKPI BUKIT SION akan melakukan pembangunan fisik gereja, oleh karena itu, kami memohon bantuan doa dari saudara-saudari yang berkunjung ke Blog kami. Semoga Blog ini bermanfaat dan dapat menjadi saluran berkat bagi kita semua, Tuhan Yesus Memberkati.

Hormat dan salam kami
JM. Hutagaol, SPd
(Sekretaris Jemaat GKPI BUKIT SION - Batam)

Sunday, November 30, 2008

LILIN PASTI BERLALU, JESAYA 60 : 1 - 7 (KHOTBAH, MINGGU 30 NOVEMBER 2008)

Bulan-bulan terakhir tahun ini ditandai dengan musibah semesta alias krisis global.

Namanya saja krisis, sudah pasti tidak menyenangkan. Gerak ekonomi ngadat, dinamika pasar yang simpang siur, iklim usaha yang dirundung mending ditambah dengan keterikatan kerja yang terancam.

Semua itu adalah gelombang pasang yang muncul akibat tiupan kencang krisis global. Dan semua itu tidak menyenangkan.

Padahal justru menjelang akhir tahun seperti inilah, kalau boleh, pergumulan hidup kita jangan lagi ditambah. Bukannya apa-apa, andaikan tanpa krisis ini pun, kita sudah punya krisis tersendiri setiap kali menghadapi pergantian tahun. Konon pula kalau didtambahi lagi dengan krisis lain.

Hal-hal seperti ini yang sering membuat pikiran, mata, iman dan rasa kasih kita semakin kabur. Bahkan, bisa-bisa jadi gelap.

Sepertinya, inilah yang dilihat oleh nabi Yesaya. Sebuah bangasa yang berjalan dalam kegelapan. Kegelapan apa? Gelap mata, gelap pikiran, gelap iman dan gelappengharapan. (Kalau sudah begini, biar berjalan di siang terik pun pasti jatuh, apalagi jalamalam). Betul-betul parah kalau sampai-sampai sebuah bangsa sama-sama mengalami kegelapan seperti ini. Yang satu tidak kenal lagi dengan yang lain. Tidak ada penuntun, tidak ada arah jelas untuk dituju, semua serba gelap.

Untuk itulah Yesaya berseru: "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu".

Bangkitlah, kumpulkanlah semua pikiran, kasih, pengharapan dan visi yang gelap itu. Lalu cucilah dan bilas ssampai bersih. Jemurlah, sebab cahaya kemuliaan Tuhan sudah terbit. Maka hasilnya adalah bahwa menjelang natal ini kita sudah mengenakan hal-hal terang. Dan dengan begitulah caranya kita akan menjadi terang.

Itu jauh lebih berarti dari pada hanya menyalakan satu, dua, tiga dan empat lilin Advent.

Sumber: Pdt. TB. Tambunan, Sth
**************************************
Buletin Gereja No 51
Advent Pertama (30 November 2008)

Epistel : Roma 13 : 11 - 14
Patik : Lukas 6 : 20 - 23
Evanggelium : Jesaya 60 : 1 - 7
Pelean : Poda 19 : 17
======================================
Jamita : Pnt. R. Siahaan
Agenda : Pnt. H. Br Panggabean
Warta/Syafaat : Sekretaris Jemaat
Pelean : Penatua
Ende : J. Panjaitan
Organis : D. Simanjuntak
Piket : Sie Perempuan

Saturday, November 29, 2008

Hukum Menabur dan Menuai

Pada suaru hari seorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang, semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok. Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga memberikan pertolongannya, dengan susah payah pemuda yang terperosok itu dapat diselamatkan. Pemuda yang pertama memapah pemuda yang terperosok ini pulang ke rumahnya.

Ternyata rumah si pemuda kedua sangat bagus, besar dan megah, dan mewah ... Ayah pemuda ini sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya, dan hendak memberikan uang, pemuda yang pertama ini menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesusahan. Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan.

Si pemuda pertama adalah seorang yang miskin, sedangkan si pemuda kedua adalah bangsawan yang kaya raya. Si pemuda yang miskin ini mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter, namun ia tidak mempunyai biaya untuk kuliah. Tetapi, ada seorang yang murah hati, yaitu ayah dari pemuda bangsawan itu. Ia memberi beasiswa sampai akhirnya meraih gelar dokter.

Tahukah saudara nama pemuda miskin yang jadi dokter ini? Namanya adalah ALEXANDER FLEMING, yang kemudian menemukan obat Penisilin. Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang, ia terluka parah sehingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karna infeksi. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi serupa itu. Para dokter mendengar tentang penisilin penemuan Dr. Fleming dan mereka menyuntik dengan penisilin yang merupakan obat penemuan baru. Apa yang terjadi? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda akhirnya sembuh!!

Tahukah saudara siapa nama pemuda itu? Namanya adalah WINSTON CHURCHIL, PM Inggris yang termashur itu. Dalam kisah ini kita dalam melihat hukum menabur dan menuai. Fleming menabur kebaikan, ia menuai kebaikan pula. Cita-citanya terkabul, ia menjadi dokter. Fleming menemukan penisilin yang akhirnya menolong jiwa Churchil. Tidak sia-sia bukan beasiswa yang diberikan ayah Churchil?

Friday, November 28, 2008

Cinta Kasih di Hati Manusia

Jaman dahulu kala di Rusia hidup pasangan suami-istri Simon dan Matrena. Simon yang miskin ini adalah seorang pembuat sepatu. Meskipun hidupnya tidaklah berkecukupan, Simon adalah seorang yang mensyukuri hidupnya yang pas-pasan. Masih banyak orang lain yang hidup lebih miskin daripada Simon. Banyak orang-orang itu yang malah berhutang padanya. Kebanyakan berhutang ongkos pembuatan sepatu. Maklumlah, di Rusia sangat dingin sehingga kepemilikan sepatu dan mantel merupakan hal yang mutlak jika tidak mau mati kedinginan.

Suatu hari keluarga tersebut hendak membeli mantel baru karena mantel mereka
sudah banyak yang berlubang-lubang. Uang simpanan mereka hanya 3 rubel (rubel = mata uang Rusia) padahal mantel baru yang paling murah harganya 5 rubel. Maka Matrena meminta pada suaminya untuk menagih hutang orang-orang yang telah mereka buatkan sepatu. Maka Simon pun berangkat pergi menagih hutang. Tapi tak satupun yang membayar. Dengan sedih Simon pulang. Ia batal membeli mantel.

Dalam perjalanan pulang, Simon melewati gereja, dan saat itu ia melihat sesosok manusia yang sangat putih bersandar di dinding luar gereja. Orang itu tak berpakaian dan kelihatan sekali ia sangat kedinginan.

Simon ketakutan, "Siapakah dia? Setankah? Ah, daripada terlibat macam-macam lebih baik aku pulang saja". Simon bergegas mempercepat langkahnya sambil sesekali mengawasi belakangnya, ia takut kalau orang itu tiba-tiba mengejarnya.

Namun ketika semakin jauh, suara hatinya berkata, "HAI SIMON, TAK MALUKAH KAU? KAU PUNYA MANTEL MESKIPUN SUDAH BERLUBANG-LUBANG, SEDANGKAN ORANG ITU TELANJANG. PANTASKAH ORANG MENINGGALKAN SESAMANYA BEGITU SAJA?"

Simon ragu, tapi akhirnya toh ia balik lagi ke tempat orang itu bersandar. Ketika sudah dekat, dilihatnya orang itu ternyata pria yang wajahnya sungguh tampan. Kulitnya bersih seperti kulit bangsawan. Badannya terlihat lemas dan tidak berdaya, namun sorot matanya menyiratkan rasa terima kasih yang amat sangat ketika Simon memakaikan mantel luarnya kepada orang itu dan memapahnya berdiri. Ia tidak bisa menjawab sepatah kata pun atas pertanyaan-pertanyaan Simon, sehingga Simon memutuskan untuk membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, Matrena marah sekali karena Simon tidak membawa mantel
baru dan membawa seorang pria asing. "Simon, siapa ini? Mana mantel barunya?"

Simon mencoba menyabarkan Matrena, "Sabar, Matrena.... dengar dulu
penjelasanku. Orang ini kutemukan di luar gereja, ia kedinginan, jadi kuajak
sekalian pulang".

"Bohong!! Aku tak percaya....sudahlah , pokoknya aku tak mau dengar ceritamu! Sudah tahu kita ini miskin kok masih sok suci menolong orang segala!! Usir saja dia!!" "Astaga, Matrena! Jangan berkata begitu, seharusnya kita bersyukur karena kita masih bisa makan dan punya pakaian, sedangkan orang ini telanjang dan

kelaparan. Tidakkah di hatimu ada sedikit belas kasih? "Matrena menatap wajah pria asing itu, mendadak ia merasa iba. Lalu disiapkannya makan malam sederhana berupa roti keras dan bir hangat. "Silakan makan, hanya sebeginilah makanan yang ada. Siapa namamu dan darimana asalmu? Bagaimana ceritanya kau bisa telanjang di luar gereja?"

Tiba-tiba wajah pria asing itu bercahaya. Mukanya berseri dan ia tersenyum untuk pertama kalinya. "Namaku Mikhail, asalku dari jauh. Sayang sekali banyak yang tak dapat kuceritakan. Kelak akan tiba saatnya aku boleh menceritakan semua yang kalian ingin ketahui tentang aku. Aku akan sangat berterima kasih kalau kalian mau menerimaku bekerja di sini."

"Ah, Mikhail, usaha sepatuku ini cuma usaha kecil. Aku takkan sanggup menggajimu", demikian Simon menjawab. Tak apa, Simon. Kalau kau belum sanggup menggajiku, aku tak keberatan kerja tanpa gaji asalkan aku mendapat makan dan tempat untuk tidur."
"Baiklah kalau kau memang mau begitu. Besok kau mulai bekerja".

Malamnya pasangan suami-istri itu tak dapat tidur. Mereka bertanya-tanya.
"Simon tidakkah kita keliru menerima orang itu? Bagaimana jika Mikhail itu ternyata buronan?" Matrena bertanya dengan gelisah pada Simon.

Simon menjawab, "Sudahlah Matrena. Percayalah pada pengaturan Tuhan. Biarlah ia tinggal di sini.Tingkah lakunya cukup baik. Kalau ternyata ia berperilaku tidak baik, segera kuusir dia".

Esoknya Mikhail mulai bekerja membantu Simon membuat dan memperbaiki sepatu. Di bengkelnya, Simon mengajari Mikhail memintal benang dan membuat pola serta menjahit kulit untuk sepatu. Sungguh aneh, baru tiga hari belajar, Mikhail sudah bisa membuat sepatu lebih baik dan rapi daripada Simon.

Lama kelamaan bengkel sepatu Simon mulai terkenal karena sepatu buatan Mikhail
yang bagus. Banyak pesanan mengalir dari desa-desa yang penduduknya kaya. Simon
tidak lagi miskin. Keluarga itu sangat bersyukur karena mereka sadar, tanpa
bantuan tangan terampil Mikhail, usaha mereka takkan semaju ini.

Namun mereka juga terus bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya Mikhail ini. Anehnya, selama Mikhail tinggal bersama mereka, baru sekali saja ia tersenyum, yaitu dulu saat Matrena memberi Mikhail makan. Namun meski tanpa senyum, muka Mikhail selalu berseri sehingga orang tak takut melihat wajahnya.

Suatu hari datanglah seorang kaya bersama pelayannya. Orang itu tinggi besar,
galak dan terlihat kejam. "Hai Simon, Aku minta dibuatkan sepatu yang
harus tahan setahun mengahadapi cuaca dingin. Kalau sepatu itu rusak sebelum
setahun, kuseret kau ke muka hakim untuk dipenjarakan! ! Ini, kubawakan kulit
terbaik untuk bahan sepatu. Awas, hati-hati ini kulit yang sangat mahal!"

Di pojok ruangan, Mikhail yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba
tersenyum. Mukanya bercahaya, persis seperti dulu ketika ia pertama kalinya
tersenyum.

Sebenarnya Simon enggan berurusan dengan orang ini. Ia baru saja hendak
menolak pesanan itu ketika Mikhail memberi isyarat agar ia menerima pesanan itu.

Simon berkata, "Mikhail, kau sajalah yang mengerjakan sepatu itu. Aku sudah mulai tua. Mataku agak kurang awas untuk mengerjakan sepatu semahal ini. Hati-hati, ya. Aku tak mau salah satu atau malah kita berdua masuk penjara."

Ketika Mikhail selesai mengerjakan sepatu itu, bukan main terkejutnya Simon.
"Astaga, Mikhail, kenapa kau buat sepatu anak-anak? Bukankah yang memesan itu orangnya tinggi besar? Celaka, kita bisa masuk penjara karena...."

Belum selesai Simon berkata, datang si pelayan orang kaya. "Majikanku sudah meninggal. Pesanan dibatalkan. Jika masih ada sisa kulit, istri majikanku minta dibuatkan sepatu anak-anak saja".

"Ini, sepatu anak-anak sudah kubuatkan. Silakan bayar ongkosnya pada Simon", Mikhail menyerahkan sepatu buatannya pada pelayan itu. Pelayan itu terkejut, tapi ia diam saja meskipun heran darimana Mikhail tahu tentang pesanan sepatu anak-anak itu.

Tahun demi tahun berlalu, Mikhail tetap tidak pernah tersenyum kecuali pada dua kali peristiwa tadi. Meskipun penasaran, Simon dan Matrena tak pernah berani menyinggung- nyinggung soal asal usul Mikhail karena takut ia akan meninggalkan mereka.

Suatu hari datanglah seorang ibu dengan dua orang anak kembar yang salah satu kakinya pincang! Ia minta dibuatkan sepatu untuk kedua anak itu. Simon heran sebab Mikhail tampak sangat gelisah. Mukanya muram, padahal biasanya tidak pernah begitu.

Saat mereka hendak pulang, Matrena bertanya pada ibu itu, "Mengapa salah satu dari si kembar ini kakinya pincang?"

Ibu itu menjelaskan, "Sebenarnya mereka bukan anak kandungku. Mereka kupungut ketika ibunya meninggal sewaktu melahirkan mereka. Padahal belum lama ayah mereka juga meninggal. Kasihan, semalaman ibu mereka yang sudah meninggal itu tergeletak dan menindih salah satu kaki anak ini Itu sebabnya ia pincang. Aku sendiri tak punya anak, jadi kurawat mereka seperti anakku sendiri."

"Tuhan Maha Baik, manusia dapat hidup tanpa ayah ibunya, tapi tentu saja manusia takkan dapat hidup tanpa Tuhannya", kata Matrena.

Mendengar itu, Mikhail kembali berseri-seri dan tersenyum untuk ketiga kalinya.
Kali ini bukan wajahnya saja yang bercahaya, tapi seluruh tubuhnya. Sesudah
tamu-tamu tersebut pulang, ia membungkuk di depan Simon dan Matrena sambil
berkata, "Maafkan semua kesalahan yang pernah kuperbuat, apalagi telah membuat gelisah dengan tidak mau menceritakan asal usulku. Aku dihukum Tuhan, tapi hari ini Tuhan telah mengampuni aku. Sekarang aku mohon pamit."

Simon dan Matrena tentu saja heran dan terkejut, "Nanti dulu Mikhail, tolong jelaskan pada kami siapakah sebenarnya kau ini?"

Mikhail menjawab sambil terus tersenyum, "Sebenarnya aku adalah adalah satu malaikat Tuhan. Bertahun-tahun yang lalu Tuhan menugaskan aku menjemput nyawa ibu kedua anak tadi. Aku sempat menolak perintah Tuhan itu tapi kuambil juga nyawa ibu mereka. Aku menganggap Tuhan kejam. Belum lama mereka ditinggal ayahnya, sekarang ibunya harus meninggalkan mereka juga. Dalam perjalanan ke surga, Tuhan mengirim badai yang menghempaskanku ke bumi. Jiwa ibu bayi menghadap Tuhan sendiri. Tuhan berkata padaku, 'MIKHAIL, TURUNLAH KE BUMI DAN PELAJARI KETIGA KEBENARAN INI HINGGA KAU MENGERTI:

PERTAMA, APAKAH YANG HIDUP DALAM HATI MANUSIA?

KEDUA, APA YANG TAK DIIJINKAN PADA MANUSIA?

KETIGA, APA YANG PALING DIPERLUKAN MANUSIA?'

"Aku jatuh di halaman gereja, kedinginan dan kelaparan. Simon menemukan dan membawaku pulang. Waktu Matrena marah-marah dan hendak mengusir aku, kulihat maut ibelakangnya. Seandainya ia jadi mengusirku, ia pasti mati malam itu. Tapi Simon berkata, "Tidakkah di hatimu ada sedikit belas kasih?" Matrena jatuh iba dan memberi aku makan. Saat itulah aku tahu kebenaran pertama: "YANG HIDUP DALAM HATI MANUSIA ADALAH BELAS KASIH"

"Kemudian ada orang kaya yang memesan sepatu yang tahan satu tahun sambil marah-marah. Aku melihat maut di belakangnya. Ia tidak tahu ajalnya sudah dekat. Aku tersenyum untuk kedua kalinya. Saat itulah aku tahu kebenaran kedua:
"MANUSIA TIDAK DIIJINKAN MENGETAHUI MASA DEPANNYA. MASA DEPAN MANUSIA ADA DI TANGAN TUHAN"

"Hari ini datang ibu angkat bersama kedua anak kembar tadi. Ibu kandung si kembar itulah yang diperintahkan Tuhan untuk kucabut nyawanya. Dan aku melihat si kembar dirawat dengan baik oleh ibu lain. Aku tersenyum untuk ketiga kalinya dan kali ini tubuhku bercahaya. Aku tahu kebenaran yang ketiga: "MANUSIA DAPAT HIDUP TANPA AYAH DAN IBUNYA TAPI MANUSIA TIDAK AKAN DAPAT HIDUP TANPA TUHANNYA."

Simon, Matrena, terima kasih atas kebaikan kalian berdua. Aku telah mengetahui ketiga kebenaran itu, Tuhan telah mengampuniku. Semoga kasih Tuhan senantiasa menyertai kalian sepanjang hidup." Mikhail kembali ke surga.

Thursday, November 27, 2008

Permohonan Maaf

Suatu hari datanglah seorang pria ke hadapan seorang Bijak, “Guru, saya mempunyai banyak dosa. Saya telah memfitnah, membohongi, dan menggosipkan orang lain dengan hal buruk. Kini saya menyesal dan ingin memohon maaf. Bagaimana caranya agar Tuhan mengampuni semua kesalahan saya?”

Sang Bijak berkata, “Ambillah bantal di tempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Di sana, bukalah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas di dalamnya keluar tertiup angin. Itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu.”

Meski kebingungan, toh akhirnya ia menjalani “Hukuman“ yang diperintahkan kepadanya. Di alun-alun ia membuka bantal dan dalam sekejap bulu ayam dan kapas beterbangan tertiup angin.

Setelah selesai, ia kembali menghadap sang Bijak, “Saya telah melakukan apa yang Guru perintahkan. Apakah kini saya sudah diampuni?“

Jawab sang Bijak, “Kamu belum dapat pengampunan. Kamu baru menjalankan separuh tugasmu. Kini, kembalilah ke alun-alun dan pungutlah kembali bulu-bulu ayam yang tadi beterbangan tertiup angin.“

Wednesday, November 26, 2008

Pesta Pembangunan Gereja Gkpi Tanjung Piayu Batam (31 January 2009 s/d 1 Pebruary 2009)

Adalah sesuatu yang sangat wajar, apabila jemaat Gereja mengharapkan agar Bangunan Gereja dimana ia beribadah menjadi nyaman. Sebab kita sama sama mengamini bahwa Pembangunan fisik gereja merupakan salah satu bagian dari pembangunan iman jemaat. Gedung Gereja yang bagus dan memadai tentu akan membuat seluruh jemaat dapat beribadah dengan sangat baik.

Akan tetapi, apabila Gedung Gereja belum selesai dibangun, katakan saja beberapa contoh yaitu masih berlantai Tanah, dan Sisi Fisik Gereja belum diplester luar dalam, serta Asbes gereja belum terpasang, maka sangat terasa bahwa hal hal tersebut dapat mengurangi kehikmatan beribadah sekaligus akan mengurangi semangat jemaat di dalam mengikuti Ibadah.

Untuk merampungkan pembangunan Gereja tersebut supaya terciptanya peribadahan yang nyaman di Rumah Tuhan, maka kami dari Jemaat Gkpi Tanjung Piayu Batam bersatu hati untuk membuat Pesta Pembangunan Gereja Gkpi Tanjung Piayu yang akan diadakan pada Hari Sabtu, 31 January 2009 s/d 1 Pebruary 2009 bertempat di Halaman Gereja Gkpi Tanjung Piayu Batam. Oleh karena itu kami mengundang seluruh saudara-saudara untuk dapat menghadiri acara tersebut, dan mari kita bersama-sama bergandengan tangan menyelesaikan pembangunan Fisik Gereja kita tersebut.

Melalui Blog ini, kami dari Panitia Pesta Pembangunan juga meminta bantuan Doa maupun Dana kepada Bapak/Ibu Sekalian, yang tujuannya adalah untuk membantu penyelesaian dari Pembangunan Gereja kita. Atas bantuan serta partisipasi dari Bapak/Ibu sekalian, kami ucapkan terima kasih.

Tuhan Memberkati


Tertanda
(Panitia Pesta Pembangunan Gereja Gkpi Tanjung Piayu Batam)
=====================================================

SUSUNAN PANITIA PESTA PEMBANGUNAN
GEREJA KRISTEN PROTESTAN INDONESIA
RESORT KHUSUS TANJUNG PIAYU - BATAM


Pelindung :
1. Pdt. M.S.E. Simorangkir, MTH (Bishop Gkpi)
2. Seluruh Pendeta Gkpi Kepulauan Riau

Penasehat:
1. Drs. Ismeth Abdullah
2. Ny. Drs. Ismeth Abdullah / Ibu Aida Ismeth Abdullah
3. Walikota Batam
4. Jhon Kennedy Rajagukguk
5. Jasarmen Purba, SH
6. Ir. Richard Pasaribu, Msc
7. Udin Sihaloho, SH
8. Robert Siahaan, SH, MHum
9. Thomson Siregar
10. St. Oloan Hasibuan
11. Suryani Siahaan, Spsi, MSi

Ketua Umum : Jumaga Nadeak, SH, MHum
Ketua Pelaksana : St. Werton Panggabean, SH
Wakil Ketua I : JM. Hutagaol, SPd
Wakil Ketua II : St. S. Manurung
Wakil Ketua III : Monang Nainggolan, ST
Sekretaris : Rimmeld Anthonius Siregar, SS
Bendahara :
1. H. Tampubolon
2. Diesel Simanjuntak, ST

Seksi-Seksi:
I. Acara :
1. St. H. Br. Panggabean
2. Franky Simanjuntak, Sth

II. Dana :
1. Jahuin Hutajulu
2. Ombur Rajagukguk
3. St. Malanton Hutagalung (HKBP Tanjung Piayu)
4. St. Simanjuntak (GKPI Sekupang)
5. Parlaungan Sinambela (Gkpi Bengkong)
6. St. Edison Hutapea (Gkpi Trans Barelang)
7. St. Sihotang (Gkpi Batu Aji Lama)
8. Lubis (Gkpi Batu Aji Baru)

III. Perlengkapan :
1. St. R. Siahaan
2. J. Aritonang
3. S. Rajagukguk
4. S. Sagala
5. St. P. Baun
6. Seluruh Anggota Jemaat

IV. Keamanan :
1. Edu Sirait
2. P. Harahap

V. Konsumsi :
1. Ny. St. W. Panggabean / Br. Hutapea
2. St. E. Matondang
4. PW

VI. Penerima Tamu:
1. Ny. Siregar Br. Nababan
2. Rusmiati Pasaribu, SH
3. Lena Tampubolon
4. Ridawati Tinambunan

VII. Dokumentasi/Dekorasi:
1. A. Simanjuntak
2. PP

VIII. Lelang :
1. Victor Silitongam (Juru Lelang)
2. J. Panjaitan
3. T. Pakpahan
4. PP

IX. Lucky Draw :

1. Rusmiati Pasaribu, SH
2. Dewi Simbolon, Amd
3. J. Panjaitan

X. Tor-Tor

1. Rusmiati Pasaribu, SH
2. Dewi Simbolon
3. Martin Situmeang

Gambar Seluruh Panitia Yang Terlibat dalam Pesta Pembangunan Gereja Gkpi Tanjung Piayu (31 January 2008 - 1 Pebruary 2009)


Tampak Kesibukan dari Panitia Pesta Pembangunan Gereja Gkpi ( Itu sibuk beneran loh, bukan dibuat-buat :p )


Nb: Dapatkan Kupon Lucky Draw Seharga Rp. 2500 (Dua Ribu Lima Ratus Rupiah) per lembar Dengan Hadiah Utama 1 Unit Sepeda Motor (Off the Road), Hadiah Kedua: 1 Unit Tv Berwarna 21 Inci, Hadiah Ketiga: 1 Unit Dispenser Besar (Auto Panas Dingin + Laci) Beserta Hadiah-hadiah hiburan lainnya.

Tuesday, November 25, 2008

Yang Paling Bertanggung Jawab

Kalau Anda ingin menyalahkan orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Anda dalam hidup, maka anda bisa mulai dengan menyalahkan diri sendiri? Kenapa demikian?

Karena Andalah sendiri yang mengambil keputusan untuk gagal. Bukan atasan Anda yang galak. Bukan anak buah Anda yang susah diatur. Bukan istri Anda yang tidak sejalan. Bukan suami Anda yang tidak pengertian. Bukan teman di kantor yang menggosipkan Anda. Tetapi karena Anda sendirilah yang memutuskan, mengambil keputusan dengan penuh kesadaran, untuk gagal.

Seorang pesenam dari Jepang meraih medali emas impiannya setelah menari dengan indah di Olympiade. Padahal hari sebelumnya, tumitnya retak dan dokter mengatakan dia akan cacat seumur hidupnya. Rasa sakit dikalahkan oleh kemauan yang kuat untuk mempersembahkan medali emas bagi negaranya.

Sepasang mahasiswa drop-out memulai sebuah perusahaan software kecil-kecilan yang sama sekali tidak diperhitungkan akan menjadi besar. Kini Bill Gates dan Tim Allen merupakan dua orang legenda software dunia, padahal hanya berijazahkan high school (SMA).

Seorang veteran perang dunia pertama menawarkan resep masakan keluarganya kepada lebih dari seribu orang yang dinilainya dapat memberinya modal usaha mengembangkan restoran. Seribu orang itu menolaknya. Tapi ia tidak menyerah. Bayangkan bila saat itu Kolonel Sanders memutuskan berhenti pada penolakan yang ke 999, hari ini kita tidak akan mengenal Kentucky Fried Chicken.

Ketika percobaan lampunya yang ke-sekian ratus gagal, Thomas Alfa Edison berkata kepada seorang wartawan, “Saya tidak gagal! Bahkan saya baru saja berhasil menemukan cara ke 879 untuk tidak membuat lampu!” Pantang menyerah.

Sukses Anda, bukan nasib. Sukses adalah sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan harta, keringat, air mata dan kadang juga darah. Pada prinsipnya, tidak ada orang yang gagal. Yang ada hanya orang yang “Memutuskan untuk berhenti” sebelum mencapai sukses

Monday, November 24, 2008

Kekuatan Pujian

Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama, dan hal lain di bidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika isterinya menyanyi.

Kalau isterinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, “bagian akhir harusnya “kres”.. naik sedikit. Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia berkeputusan “Wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran ...”

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukan ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji isterinya kalau menyanyi.

Suatu ketika isterinya bertanya, “Pa, bagaimana laguku?”

Dia menjawab antusias, “Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi.”

Lain kali dia berkata, “Ma, Kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi, lagumulah yang terngiang-ngiang”

Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat.

Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik yang terlalu pedas sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

Sunday, November 23, 2008

MOMENTOMORY "Ingatlah Hari Kematianmu" (Khotbah Minggu, 23 November 2008)

Minimal, ada sebuah hari yang selalu diingat oleh setiap orang. Yaitu hari kelahirannya. Kalau ada hari lain; bisa jadi hari pernikahan, hari wisuda, hari dapat SK kerja, dll. Itu bisa diinjgat sebab sudah berlalu, dan ada sukacita di dalamnya. Tapi kalau tentang hari kematian sendiri, bagaimana mengingatnya? Kita sendiri masih hidup. Dan, kalau pun itu perlu, siapa yang mau bersusah-susah memikirkan kematian sendiri? Toh, tanpa diingat-ingat pun kita akan mati sendiri, bukan?

Lalu apa maksudnya momentomory ini? Inilah istilah yang dipakai gereja setiap kiali berbicara tentang kematian, didasarkan pada kitab injil dimana Yesus berbicara tentang kematianNya sebelum Ia disalibkan. Yesus membicarakan kematianNya sebab itu memang sebuah kepastian. Tidak ada alasan untuk menolaknya. Yesus ingin memperlihatkan sendiri kepada murid-muridNya bagaimana ia mempersiapkan hati dan rohNya dalam bersikap, bertindak dan berserah sebelum ia dipakukan di Golgota.

Itu inti momentomory. Bersiap-siap sebelum hari itu tiba. Mau ke Singapura atau ke Jakarta saja kita pasti bikin persiapan. Konon pula mau ke sorga, mengapa tidak?

Dalam hal ini, apa-apa saja yang perlu diingat?
1. Waktunya. Waktunya adalah ibarata pencuri datang tengah malam. Tepat pada saat semua keadaan tidak sedikit pun membuat kita teringat akan kematian. Ibaratnya, pas di musim kemarau. Musim dimana kita tak terpikir sedikitpun tentang mantel hujan.

2. Caranya. Ibarat permen nano-nano, banyak pilihannya. Tergantung Dia mau bagaimana. ada lewat penyakit, musibah mendadak, penghakiman (eksekusi), dll. Ada yang berproses lama tapi ada juga yang sekejap mata.

3. Konsekuensinya. Ini juga tergantung Dia. Kematian itu ibarat mimpi dimana tanpa kita tahu kita tiba tiba saja ada di sebuah persimpangan dan melihat sebuah spanduk besar bertuliskan "Hallo saudara ... selamat datang. Maaf, Anda harus ke kiri. Tidak boleh ke kanan. Atau sebaliknya, "Hallo saudara ... selamat datang. Maaf, Anda harus ke kanan. Tidak boleh ke kiri. Singkat, padat dan jelas.

4. NB: Satu-satunya yang tidak boleh kita ingat adalah upaya untuk mencobanya sendiri. Artinya, tunggu sajalah, jangan pernah berniat untuk bunuh diri.

Sumber: Pdt. TB. Tambunan
(Pendeta GKPI Jemaat Khusus Tanjung Piayu - Batam)

Saturday, November 22, 2008

Ibu, Kenapa Engkau Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis?”

Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,

“Saat kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anak yang dilahirkannya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarga, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa keluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.

Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurhkan perasaannya.Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan Surga. So, What are you waiting for? (Apa yang sedang anda tunggu? Segeralah Telp ibu anda, dan katakan bahwa anda sangat menyayanginya

Friday, November 21, 2008

1001 Burung Kertas

Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.

Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: ” July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! ”

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : ” Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.

Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.

Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.

Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Reo……… ……… ……… …..

July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita

Thursday, November 20, 2008

Memo Dari Tuhan

AKUlah penciptamu. Aku akan turut campur dalam segala permasalahan hidupmu. Ingat, Aku tidak membutuhkan bantuanmu.

Jika engkau menghadapi situasi sulit yang tidak bisa engkau pecahkan, masukkan ke kotak SFGTD (something for God to do)-mu. Semua masalah akan terselesaikan, namun
bukan menurut ukuran waktumu tapi waktuKU.

Sekali engkau masukkan masalah ke dalam kotak SFGTD-mu, engkau tidak perlu lagi
melanjutkan kekuatiranmu. Lebih baik engkau terjunkan dirimu melanjutkan peran hidupmu saat ini.

Jika engkau terjebak kemacetan, jangan bringas. Karena ada orang-orang yang
memang ditetapkan mendahuluimu untuk kepentingan yang mengungkapkannya saja dia sudah tidak mampu.

Saat engkau merasa hari-hari di kantormu tidak begitu baik, pikirkanlah orang-orang
lain yang keluar dari kantor beberapa tahun lalu

Ketika hubunganmu memburuk, pikirkanlah orang-orang yang sudah lupa rasa mencintai dan dicintai.

Saat engkau masih bisa menggunakan waktu akhir pekan untuk liburanmu; engkau
masih lebih beruntung dari wanita penjahit yang bekerja 12 jam sehari, 7 hari seminggu demi anak-anaknya.

Saat mobilmu rusak, pikirkanlah orang yang bahkan untuk berjalan saja dia sudah
tidak mampu lagi.

Ketika engkau berkaca di cermin merapikan rambutmu, pikirkanlah orang yang sedang
sakit kanker yang selalu berharap rambutnya segera tumbuh.

Ketika engkau merasa menjadi korban dari kesalahan, kegetiran, pengabaian, ketidak-nyamanan orang lain, ingatlah sesuatu atau seseorang dapat saja salah, dan mungkin engkau salah satunya.

Banyak hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan renungan agar senantiasa disamping
kita selalu berjuang menuju hidup yang lebih baik, kita selalu mensyukuri hidup ini.

Akankah engkau sampaikan pesan ini ke kawan-kawanmu? Jika ya, paling tidak engkau
akan menambah Penghuni Negeri Orang Bahagia.

Wednesday, November 19, 2008

Senyum Itu Indah

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan
kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan
ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu
saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran
McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering.
Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar
dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih
kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki
tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama
sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima
‘kehadirannya’ ditempat itu. Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah
“penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang
mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat
itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti
juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta
diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang
telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
“Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga
berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan
mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat
duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya
sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan
dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku
dan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat
itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’
lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu
bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan
restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri
meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat
saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu
contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat
HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini
ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan
harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas,
ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan
harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya . “Tersenyumlah dengan
‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan
oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.
Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan
di bangku kuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.”

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh
para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai
cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI
SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan
bukannya
MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akan
menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak
hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang
membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,
tetapi hanya ’sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan JEJAK di dalam
hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan
kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi
orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin
akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak
melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus
BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang ‘cantik’ adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang ‘cantik’ adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri

Sumber : Dari Milist Jerman, Seorang warga Indonesia yang bermukim atau pernah bermukim di sana

Tuesday, November 18, 2008

Rencana Tuhan Indah Pada Waktunya

Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa Suatu hari nanti ia akan menjadi jenderal Angkatan Darat. Anak itu pandai dan memiliki ciri-ciri yang lebih daripada cukup untuk dapat membawa nya kemanapun ia mau. Untuk itu ia bersyukur kepada Tuhan, oleh karena ia adalah seorang anak yang takut akan Tuhan dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti impiannya itu akan menjadi kenyataan.

Sayang sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan Angkatan Darat , ia ditolak oleh karena memiliki telapak kaki rata. Setelah berulang kali berusaha, ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan untuk hal itu ia mempersalahkan Tuhan yang tidak menjawab doanya. Ia merasa seperti berada seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan di atas segalanya, rasa amarah yang belum pernah dialaminya sebelumnya.

Amarah yang mulai ditujukannya terhadap Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan ada, namun tidak mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran (penguasa yang lalim). Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke dalam gereja.. Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Tuhan yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanya an rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.

Ia kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Dan begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli bedah yang handal. Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan, suatu hidup yang baru.

Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya. Para ayah yang hancur hati oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah kematiannya, telah diberikan kesempatan baru.

Setelah ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita tinggi dengan tekhnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan. Pada suatu hari ia menutup matanya dan pergi menjumpai Tuhan. Di situ, masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Tuhan mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata, ‘Pandanglah ke langit, anakKu, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan.’

Di sana , ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa untuk bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit.. Di sana ia sombong dan ambisius, dengan pandangan mata yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangis dan terus menangis.

Lalu Tuhan berkata, ‘Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju.’ Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan menjadi seorang ahli bedah.

Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui pembedahan yang dilakukannya. Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli bedah itu menyelamatkan nyawanya.

Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Tuhan telah memakainya sebagai alatNya untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu. (Diambil dari Inspirational Christian Stories oleh Vincent Magro-Attard)

Untuk dapat melihat kehendak Tuhan digenapkan di dalam hidup anda, anda harus mengikuti Tuhan dan bukan mengharapkan Tuhan yang mengikuti anda.

(Dave Meyer, Life In The Word, Juni 1997)

‘Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya…. ‘ (Pengkotbah 3:11)

Apa yang kau alami kini, mungkin tak dapat engkau mengerti, Satu hal tanamkan di hati, indah semua yang Tuhan beri. Tuhan-mu, tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti, Cobaan yang engkau alami takkan melebihi kekuatanmu.

Monday, November 17, 2008

Cinta Seorang Ayah

Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, ‘Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik…’ Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, ‘Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.’ Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.

Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, ‘Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami.’ Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. ‘Anak laki-laki pak,’ kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.

Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda.’ Si ayah membalas, ‘Kabar apapun, saya siap menerimanya, pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk’ ‘Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,’ jelas si dokter. ‘Apa maksud bapak,’ si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, ‘Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius..’ Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, ‘Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu. ‘

Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.

Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. ‘Woi anak gw nih…ganteng kan ?’ Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.

Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.

Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, ‘Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa.’ Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi ‘ting’, maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, ‘Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya’.

Setelah itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, ‘Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama.’ Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, ‘Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.’ Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, ‘Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.’ Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma ’sedap’ dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. ‘Wah pasti enak nih.’

Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, ‘Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ‘ kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?’ Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, ‘Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.’

Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, ‘Enak kan pa?’

‘Iya, enaaaak sekali,’ lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, ‘Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo….’ Si ayah berkata, ‘Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.’ Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, ‘Harum dan enak kan pa?’ Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, ‘Pahit, tapi papa suka sekali.’ Dan dengan lugunya si anak menjawab, ‘Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,’ karena ia mengira ayahnya sedang bercanda..

Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata ‘Ray, kamu tau nggak…’

‘Nggak paa,’ potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan, ‘Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah berkata lagi, ‘Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?’ Si anak sambil menggelengkan kepala, ‘Nggak tau pa….’ ‘Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah melanjutkan, ‘Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?’ Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, ‘Nggak tahu pa…..’ ‘Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.’ ‘Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.’ Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, ‘Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Sama-sama papaah….’ Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, ‘Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…’

Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa
yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.

Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..

Ingat : Bapamu di sorga mengasihimu. You are all fair, my love, and there is no spot in you. Song of Solomon 4:7 (NKJV)

Diambil dari sebuah kisah nyata di Amerika Serikat, dan sebuah kisah nyata dalam kehidupan kita.

Sumber : Pdt. Franklyn

Sunday, November 16, 2008

Ibadah dan Persembahan (Khotbah Minggu, 16 November 2008)

Persembahan adalah kata yang paling dibenci oleh hukum pasar. Mengapa? Karena hukum pasar tidak mengenal hal yang gratis-gratisan. Semuanya serba berbayar. Kita memberi karena memperoleh sesuatu. No Money No Honey (Tidak ada uang, tidak ada madu)

Prinsip ini berseberangan dengan persembahan. Kita memberi persembahan (entah itu ucapan syukur, kurban khusus, perpuluhan, perduapuluhan, dll) bukan untuk memperoleh sesuatu dari Tuhan. Karena Tuhan tidak memperjual-belikan apa pun yang ada padaNya.

Lalu mengapa kita memberi persembahan? Jawabnya ada di Firman hari ini. Tuhan menyuruh Israel membawa persembahan berupa: Emas, perak, dan perunggu, kain linen halus, kain wol biru, ungu, merah, kain dari bulu kambing, kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit halus, kayu akasia, minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak upacara dan untuk dupa yang harus serta bermacam-macam batu permata.

Tuhan meminta itu semua bukan karena ia tidak punya. Melainkan, karena Dia-lah pemilik dari semua itu. Tapi, Tuhan fair. Ia tidak memaksa. Yang ia inginkan adalah hati tergerak (Ay 2). Hati yang tergerak inilah yang kita sebut sebagai Ibadah. Memberi sebagai tanda tunduk dan taat pada Tuhan. Memberi karena telah lebih dahulu diberi. Bersyukur karena telah lebih dahulu diberkati. Bukan karena berharapakan sesuatudari padaNya.

GKPI sendiri menuangkan keyakinan ini dalam doa persembahan setiapminggu. Tepatnya pada formulasi: "Siapakah kami sehingga kami dapat memberi kepadaMu?" Ini merupakan sebuah retorika (pertanyaan untuk diri sendiri). Artinya, setiap kita memberi persembahan, kita harus menyadari bahwa tidak punya nilai plus apa-apa sehingga layakmemberi kepadaNya. Semata-mata apa kita beri hanyalah sebagai tanda betapa kita tunduk, taat dan patuh serta bersyukur kepadaNya. Sambil berharap kiranya gereja menggunakannya untuk hasl yang benar di jalan Tuhan.

Ini sekaligus mengingatkan kita akan banyaknya bentuk persembahan di Gereja kita. Penggalangan dana, aksi pembangunan, aksi inventaris, persembahan bulanan, dll. Semua itu adalah persembahan. Dan marikita memberkatinya sebagai buktibetapa kita tunduk dan bersyukur kepada Tuhan.

Sumber: Pdt. TB. Tambunan
(Pendeta GKPI Jemaat Khusus Tanjung Piayu - Batam)

Monday, November 10, 2008

Ibadah Dan Penyembahan (Khotbah Minggu, 09 November 2008)

1. Ibadah dan Penyembahan adalah topik yang serius dan positif untuk diperbincangkan. Gkpi sendiri tidak asal memperbincangkan topik ini kecuali hanya di level Sinode Am. Tetapi perikp hari ini menunjukkan bahwa topik yang serius dan positif ini justru diperbincangkan di tempat yang sangat umu, tepatnya di pinggir sumur. (NB. Kalau sekarang orang bertemu di pinggir sumur atau tempat tempat umum lainnya seperti warung kopi, pasar, bengkel, terminal, plaza, dll, kira-kira sempatkah kita berbicara tentang ibadah dan penyembahan?)

2. Ibadah dan Penyembahan adalah topik yang horizontal. Artinya, topik yang mempersatukan setiap orang tentang bagaimana manusia bersikap di hadapan Tuhan. Perikop hari ini menunjukkan bagaimana dua oknum (Yesus dan perempuan Samaria) yang berbeda agama, beda negara, beda jenis kelamin, beda status, beda ide, dll bisa berbicara tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap di hadapan Tuhan. (NB. Kalau kita bertemu dengan orang yang 99% berbeda dengan kita, masihkan kita tertarik untuk membicarakan yang 1% lagi, sekalipun yang 1% itu adalah: Topik tetntang bagaimana kita seharusnya bersikap di hadapan Tuhan?)

Ibadah berasal dari kata Ibrani, "AVODA" artinya tunduk atau tiarap. Biasanya kata ini menunjuk kepada hamba atau budak yang menunduk ketika melayani majikannya. Akibat dari posisi tubuh yang tunduk ini, maka sang hamba dengan sendirinya bekerja sambil diliputi rasa takut, gentar, hormat dan kagum. Hasilnya adalah bahwa pelayanannya senantiasa akan diusahakan dengan sepenuh hati sambil berhati-hati. Selain itu, karena posisinya yang menunduk maka sang hamba akan benar-benar memasang telinganya dengan baik bagi perintah-perintah sang majikan.

Nilai luhur "AVODA" inilah yang diharapkan ada dalam satu ibadah kita. ARtinya, kita beribadah kepada Tuhan disertai dengan rasa tunduk dan takluk kepadaNya. Sehingga dengan demikian, kita pun akan pasang telinga dengan benar-benar pada apa yang Dia perintahkan. Bila ini terjadi maka terwujudlah apa yang Yesus katakan di perikop hari ini. Kita akan menjadi penyembah-penyembah yang datang kepadaNya dalam Roh dan Kebenaran.

Sumber: Pdt. TB. Tambunan
(Pendeta GKPI Jemaat Khusus Tanjung Piayu - Batam)

Monday, November 3, 2008

Pembaharuan Hidup (Khotbah Minggu, 2 November 2008)

Tidak ada salahnya saya kira, kalau kita mendramtisasikan Firman Minggu ini di tengah gereja kita.

Kita bayangkan kalau pada suatu hari minggu Yeremia berdiri di pintu gereja kita. Dan sambil membentangkan kedua tangannya untuk menghalangi orang masuk, dengan keras ia berkata: "Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, dan Saudara sekalian ... tidak boleh masuk!!! Perbaiki dulu perilakumu agar Tuhan berkenan pada ibadahmu !!!

Kira-kira begitulah dahulu kejadiannya. Yeremia berdiri di gerbang bait Tuhan dan mengkritik jemaat yang datang untuk beribadah. Mengapa Yeremia melakukannya? Karena ternyata Tuhan tidak suka dengan cara bangsa itu beribadah. Bukan karena mereka tidak rajin beribadah. Atau karena mereka melalaikan hari-hari besar. Bukan! Yang Tuhan benci adalah bahwa ternyata ibadah dan perilaku bangsa itu tidak searah. Tingkat kerajinan mereka beribadah sama dengan tingkat kerajinan mereka menindas anak yatim, menindas janda, membunuh dan menyembah roh-roh orang mati (Ay.6) Istilah sekarang ... MU-NA-FIK.

Itulah yang Tuhan tidak suka. Rajin ke Gereja, tapi rajin juga berbuat dosa. Seolah-olah ibadah itu hanya rutinitas saja. Tidak berdampak apa-apa. Sungguh menyedihkan memang. Kalau pada hari Minggu kita bernyanyi dengan sukcita, berdoa bersama-sama, mendengar Firman, memberi persembahan, dll. Padahal senin s/d sabtunya kita malah mengutuk, memaki, meniadakan Firman Tuhan, mengandalkan kekuatan roh jahat, dll. Lalu ... hari minggunya kita datang lagi. Begitulah seterusnya.

Kalau hal seperti ini berlangsung terus, lama-kelamaan gereja akan beralih fungsi. Dari tempat beribadah menjadi Beauty Salon. Hanya untuk mempercantik pola hidup satu hari.

Adalah kerinduan kita bersama seandainya dramatisasi di atas terjadi justru sebaliknya.

Kita bayangkan kalau pada suat hari minggu Yeremia berdiri di pintu gereja kita. Dan sambil membentangkan kedua tangannya untuk menyambut orang masuk, dengan keras ia berkata: "Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan Saudara Sekalian ... Silahkan Masuk!!! Tuhan sangat menyenangi ibadahmu ... karena sesuai dengan perilakumu sehari-hari!"

Sumber: Pdt. TB. Tambunan
(Pendeta GKPI Jemaat Khusus Tanjung Piayu - Batam)